Liz Truss Terpilih Sebagai Perdana Menteri Inggris Gantikan Boris Johnson
Truss akan menghadapi krisis biaya hidup, kerusuhan industri, dan resesi.
REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Liz Truss terpilih sebagai perdana menteri Inggris berikutnya. Ia memenangkan pemilihan ketua Partai Konservatif saat perekonomian kelima di dunia itu sedang menghadapi krisis biaya hidup, gejolak industri dan resesi.
Setelah persaingan keras dan memecah belah selama berminggu-minggu antara menteri luar negeri dengan mantan menteri keuangan Rishi Sunak. Truss keluar sebagai pemenang dengan perbandingan suara 81.326 dan 60.399.
"Kami harus menunjukkan kami akan menjalan tugas selama dua tahun ke depan, kami akan melaksanakan rencana berani untuk memotong pajak dan menumbuhkan ekonomi kami," kata Truss usai hasil pemilihan diumumkan, Senin (5/9/2022).
"Saya akan mengatasi krisis energi, menghadapi tagihan energi masyarakat tapi juga menghadapi masalah-masalah pasokan energi jangka panjang," tambahnya.
Dengan pengumuman ini maka dimulai serah terima jabatan dari Boris Johnson yang dipaksa mundur bulan Juli lalu setelah dilanda berbagai skandal selama berbulan-bulan sehingga dukungan pada pemerintahnya merosot.
Johnson akan bertemu dengan Ratu Elizabeth di Skotlandia untuk mengajukan pengunduran diri resmi. Truss akan ikut bersamanya dan kerajaan akan memintanya membentuk pemerintahan.
Truss yang dianggap perpanjangan tangan Johnson akan menjadi perdana menteri dari Partai Konservatif keempat sejak 2015. Sepanjang masa itu Inggris dilanda berbagai krisis, dan kini diramalkan akan menghadapi resesi panjang yang dipicu lonjakan inflasi yang mencapai 10,1 persen pada bulan Juli lalu.
Truss yang menjabat sebagai menteri luar negeri pemerintahan Johnson berjanji untuk bertindak cepat dalam mengatasi krisis biaya hidup. Ia mengatakan dalam satu pekan masa jabatannya ia akan mengajukan rencana untuk mengatasi kenaikan tagihan energi dan mengamankan pasokan bahan bakar masa depan.