Riset: Sampah Mikroplastik Ancam Biota Laut Indonesia

Riset menunjukkan 100 persen kerang laut di jakarta mengandung mikroplastik

istimewa
Divers Clean Action (DCA) menghadirkan Talkshow dengan judul Sambil Menyelam Minum Sampah? di Pameran Deep and Extreme 2022, Hall A Jakarta Convention Center (JCC) pada tanggal 4 September 2022 sebagai bentuk edukasi kepada masyarakat, khususnya para penyelam, terkait ancaman mikroplastik terhadap lingkungan, aktivitas penyelaman serta dampaknya bagi kesehatan masyarakat di panggung utama pameran Deep and Extreme 2022.
Red: Ichsan Emrald Alamsyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia sudah dikenal dunia sebagai salah satu destinasi wisata bahari yang paling banyak diminati oleh wisatawan mancanegara. Kekayaan laut inilah yang menarik minat para penggiat wisata bahari, khususnya para penyelam untuk datang ke Indonesia dan menjelajahi alam bawah laut Indonesia. Sayangnya, seiring semakin banyaknya aktivitas manusia baik di darat maupun dilaut sangat berpengaruh kepada kelestarian laut. 


Maka dari itu, Divers Clean Action (DCA) menghadirkan Talkshow dengan judul “Sambil Menyelam Minum Sampah?” di Pameran Deep and Extreme 2022, Hall A Jakarta Convention Center (JCC) pada tanggal 4 September 2022 sebagai bentuk edukasi kepada masyarakat, khususnya para penyelam, terkait ancaman mikroplastik terhadap lingkungan, aktivitas penyelaman serta dampaknya bagi kesehatan masyarakat di panggung utama pameran Deep and Extreme 2022.

Peneliti Pusat Riset Oseanografi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) M Reza Cordova memaparkan hasil penelitian lapangan dari program MicroSEAP, program kolaborasi antara BRIN, DCA dan Burung Indonesia dengan University of Portsmouth UK. 

MicroSEAP adalah sebuah program riset kolaborasi untuk mendapatkan data terkait bagaimana mikroplastik memberikan dampak pada perairan, biota laut, serta memberikan rekomendasi terkait kebijakan di Indonesia dalam sudut pandang regional ASEAN.

Reza menyampaikan, berdasarkan metode pemodelan yang juga dilakukan oleh pemerintah Indonesia, hasil riset Science Advances pada tahun 2021 menemukan bahwa saat ini Indonesia menduduki peringkat kelima, dari sebelumnya peringkat kedua, penyumbang sampah ke lautan dunia.

Dimana diperkirakan, lebih dari 500 ribu ton sampah bocor ke laut setiap tahunnya. Namun, tingkat mikroplastik yang ditemukan baik di air, sedimen, dan biota laut semakin meningkat. "Contohnya, pada sampel kerang hijau di Jakarta, telah meningkat dari 70 persen mengandung mikroplastik sekarang sudah 100 persen. Selain itu tidak hanya di air, namun juga di udara Jakarta, mikroplastik sudah ditemukan," ungkap dia.

Nutrisionis Dr. Rita Ramayulis, DCN, MKes menyatakan dari sudut pandang kesehatan, plastik ternyata memiliki dampak buruk untuk tubuh manusia. 

Ia menyampaima  mikroplastik bisa masuk ke tubuh manusia melalui saluran pencernaan dan pernafasan. Jika mikroplastik sudah masuk ke dalam tubuh maka timbulkan efek dan risiko seperti menjadi penyebab kanker dan gangguan organ reproduksi.

"Kita dapat meningkatkan barrier tubuh kita agar dapat mengeluarkan mikroplastik yakni: meningkatkan kesehatan pencernaan, meningkatkan fungsi sel-sel imunitas, dan meningkatkan pengeluaran cairan melalui urin dan keringat," ujar dia.

Aktivitas manusia, termasuk kegiatan pariwisata berpotensi menghasilkan sampah dan tentu saja bisa berdampak buruk bagi kebersihan dan kelestarian lingkungan dan dirasakan pula oleh para penikmat wisata selam, diving influencer dan travel blogger. 

Marischka Prudence mengajak influencer sampaikan ke pengikutnya untuk mengurangi dan menanggulangi sampah melalui konten yang menarik. Selain itu juga meminta dukungan pemerintah melalui kebijakan dan implementasi yang tegas.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler