Denmark dan Indonesia Jagoan PBB dalam Respons Krisis Global

Penerapan blue economy mendorong pasokan energi yang lebih bersih.

Republika/Dwina Agustin
Menteri Pembangunan dan Kerja Sama Denmark Flemming Moller Mortensen, Rabu (7/9/2022).
Rep: Dwina Agustin Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, TANJUNG PANDAN -- Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menjadikan Indonesia dan Denmark sebagai jagoan dalam kelompok dalam merespon krisis global. Menteri Pembangunan dan Kerja Sama Denmark Flemming Moller Mortensen menyatakan, pengakuan itu telah disampaikan oleh Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres saat memulai pembentukan kelompok tersebut. 

Baca Juga


Mortensen menyatakan, satu kesimpulan dari kelompok krisis adalah minat yang jelas untuk mempercepat transisi energi di seluruh dunia sangat mendesak. Dunia saat ini sedang menghadapi tiga krisis global, yaitu pangan, energi dan pembiayaan.

"Dan kita masih bisa merasakan efek dari pandemi Covid-19," ujar Mortensen dalam pemaparan dalam G20 Development Ministerial Meeting (DMM) 2022 Side Event The Development of Indonesia's Blue Economy Roadmap pada Rabu (7/9/2022).

Salah satu yang dapat didorong dalam mengatasi masalah tersebut adalah penerapan blue economy yang mendorong energi berkelajutan dan pasokan energi yang lebih bersih. Program ini pun akan didorong Indonesia dalam kepemimpinan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) pada 2023.

Tapi, Mortensen menegaskan, tindakan dalan mengatasi masalah krisis global harus didasarkan pada transisi hijau yang adil dan merata. Dia mencontohkan dengan upaya Denmark mengakhiri produksi minyak dan gas di Laut Utara setidaknya pada 2050. Ditambah lagi telah dilakukan penghentian pengeluarkan lisensi baru untuk produksinya. 

Mortensen mengaku negara itu akan meningkatkan tenaga angin dan surya di darat hingga empat kali lipat pada 2030. "Kami akan meningkatkan kapasitas tenaga angin lepas pantai lebih dari 10 kali lipat pada 2050. Kami akan memasok lebih dari 213 juta rumah tangga dengan listrik terbarukan dan mereproduksi hidrogen terbarukan untuk dekarbonisasi," kata Mortensen. 

Kopenhagen juga telah mendirikan aliansi tenaga angin lepas pantai global untuk meningkatkan tenaga angin lepas pantai secara global sebesar 380 gigawatt pada 2030." Dan kami mengundang semua 20 negara untuk bergabung dengan aliansi," ujarnya. 

Pendekatan regional Denmark, menurut Mortensen, harus menginspirasi kolaborasi regional di tempat lain. Agar mencapai tujuan itu, Denmark menerapkan pendekatan yang berpusat pada manusia dengan memperkuat keterlibatan publik dan pemangku kepentingan. Selain itu, pemerintah pun mencoba meningkatkan keuntungan masyarakat lokal secara langsung dari investasi sebagai pemegang saham atau sebaliknya.  

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler