Azyumardi Azra Sosok Ilmuwan Tulen yang tak Apolitis

Azyumardi Azra adalah tokoh penting di balik transformasi IAIN menjadi UIN.

Azyumardi Azra
Rep: Umar Mukhtar Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Agama RI periode 2014-2019, Lukman Hakim Saifuddin, menyampaikan duka cita yang mendalam atas meninggalnya Prof Dr Azyumardi Azra pada Ahad (18/9). Dia mengatakan, almarhum adalah satu dari sedikit cendekia yang diakui dunia yang paling otoritatif berbicara tentang Islam di Asia Tenggara.

"Pengetahuan keislamannya mengakar pada sumber-sumber klasik yang sangat kaya dan mendalam, baik sumber Arab maupun Nusantara. Banyak karya ilmiahnya menjadi rujukan dunia," kata dalam akun Instagramnya, yang dikutip Republika.co.id, Ahad (18/9/2022).

Lukman menuturkan, Prof Azyumardi adalah akademisi yang amat produktif menulis dan sosok teramat penting di balik transformasi IAIN menjadi UIN yang hingga kini terus tumbuh dan berkembang di banyak daerah di Indonesia. "Pada masa ia menjadi Rektor UIN Jakarta, jurnal ilmiah tingkat fakultas dan tingkat jurusan jadi semacam jamur di musim hujan," kata dia.

Saat almarhum memimpin pascasarjana, lanjut Lukman, terjadi pergeseran paradigma berpikir yang signifikan dari semula paradigma normatif-teologis gaya Harun Nasution, ke paradigma sosio-historis khas gayanya. Kajian-kajian yang di zaman Harun berbau dunia Islam pada umumnya dan dunia Arab pada khususnya, pada masa Azra diarahkan pada kajian-kajian Islam Nusantara atau kajian Islam Asia Tenggara.

"Banyak pertanyaan tentangnya diajukan, mengapa selama hayatnya tak berkarier di birokrasi, atau tak menduduki jabatan penting di organisasi sosial politik dan ormas keagamaan? Ia memang teruji tak tergoda ke dalam aktivitas politik praktis. Namun justru di situlah konsistensinya sebagai ilmuwan tulen. Ia akademisi sejati, pengembara yang soliter," terang Lukman.

Meski demikian, Prof Azyumardi sama sekali bukan sosok yang apolitis. Keahliannya sebagai seorang sejarawan Islam tidak menghentikannya terlibat dalam wacana kontemporer, khususnya demokrasi, politik, hukum, dan sosial keagamaan.

"Sampai dengan Allah memanggilnya pulang, ia tetap menjaga jarak dengan kekuasaan, terus menjadi intelektual terkemuka yang paling vokal dalam menyuarakan aspirasi publik," ujarnya.


Baca Juga



BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler