Korut-China Buka Layanan Kereta Barang Lintasi Perbatasan

Pembukaan kembali dilakukan setelah Korut mengklaim berhasil menangani Covid-19.

AP Photo/Emily Wang
Pengunjung berjalan melintasi Jembatan Rusak Sungai Yalu, kanan, di sebelah Jembatan Persahabatan yang menghubungkan China dan Korea Utara di Dandong di provinsi Liaoning China timur laut, 9 September 2017. Korea Utara dan China melanjutkan layanan kereta barang Senin, 26 September 2022 , setelah jeda lima bulan, kata para pejabat Korea Selatan, ketika Korea Utara berjuang untuk menghidupkan kembali ekonomi yang terpukul oleh pandemi, sanksi PBB dan faktor lainnya.
Rep: Dwina Agustin Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Utara (Korut) dan China memulai kembali layanan kereta barang setelah jeda selama lima bulan pada Senin (26/9/2022). Pembukaan kembali dilakukan setelah pemimpin Korut Kim Jong-un bulan lalu mengumumkan telah mengatasi pandemi Covid-19 dan memerintahkan pelonggaran pembatasan yang menjaga penyebaran virus corona.

Baca Juga


Kementerian Unifikasi Korea Selatan (Korsel) yang menangani hubungan dengan Korut mengatakan, pihaknya menilai layanan kereta api barang Korut-China dimulai kembali pada Senin. Meskipun Beijing dan Pyongyang tidak mengkonfirmasi pembukaan jalur tersebut.

Juru bicara Kementerian Unifikasi Cho Joonghoon mengatakan, berapa lama layanan kereta akan berlangsung dan barang apa yang akan ditransfer masih harus dipantau kembali. Namun sebelumnya pembukaan jalur itu, kantor berita Korsel Yonhap melaporkan, telah melihat kereta barang dengan lebih dari 10 mobil meninggalkan kota perbatasan China Dandong dan melintasi jembatan kereta api ke kota Sinuiju Korut.

Pada April, China mengatakan telah menghentikan lalu lintas kereta barang di tengah penyebaran Covid-19 di Dandong. Sebelumnya pada Januari, kedua negara membuka kembali jalur kereta api setelah dua tahun penangguhan. Sementara Korut menutup semua perbatasan internasionalnya sebagai bagian dari pembatasan paling keras di dunia untuk menjaga dari pandemi.

China yang berbagi perbatasan dengan Korut adalah saluran ekonomi negara tetangganya itu dan sekutu diplomatik besar. Lebih dari 90 persen perdagangan eksternal Pyongyang dilakukan dengan Beijing.

Volume perdagangan yang menurun di antara kedua negara selama pandemi diyakini telah menyebabkan ketegangan lebih lanjut pada ekonomi Korut yang rapuh. Pyongyang sedang menghadapi sanksi Barat, bencana alam, dan salah urus dari pemerintahan.

Klaim Kim telah mengalahkan pandemi datang hanya tiga bulan setelah negaranya pertama kali mengakui wabah tersebut. Sebelumnya negara ini mengklaim bebas virus corona selama lebih dari dua tahun.

sumber : AP
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler