Eropa Selidiki Serangan ke Saluran Pipa Gas di Laut Baltik

Eropa selidiki serangan yang sebabkan kebocoran besar dari dua pipa gas Laut Baltik

Stefan Sauer/dpa via AP
Sistem pipa dan perangkat pemutus terlihat di stasiun penerima gas dari pipa Nord Stream 2 Laut Baltik di Lubmin, Germny, Senin, 26 September 2022. Pada malam 26 September 2022, terjadi penurunan tekanan di pipa gas Nord Stream 2, menurut operator.
Rep: Dwina Agustin Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, STOCKHOLM -- Negara-negara Eropa sedang menyelidiki serangan yang menyebabkan kebocoran besar dari dua pipa gas di Laut Baltik. Kebocoran ini sebelumnya telah dilaporkan oleh Jerman, Denmark dan Swedia pada Senin (26/9/2022).

Hingga saat ini masih belum diketahui pelaku yang mungkin berada di balik kebocoran atau kecurangan yang terjadi di Laut Baltik. Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck mengatakan kepada para pemimpin bisnis, kebocoran itu karena serangan yang ditargetkan pada infrastruktur. Habeck menegaskan, Berlin sekarang tahu pasti bahwa itu bukan disebabkan oleh kejadian alam atau peristiwa atau material pipa.

Sedangkan Swedia dan Denmark mengatakan, kebocoran itu jelas disebabkan oleh tindakan yang disengaja. Informasi yang dihimpun menunjukkan kemungkinan terjadi sabotase.

"Kami melihat dengan jelas bahwa itu adalah tindakan sabotase, terkait dengan langkah selanjutnya dari eskalasi situasi di Ukraina," kata Perdana Menteri Polandia Mateusz Morawiecki pada pembukaan pipa baru antara Norwegia dan Polandia.

Perdana Menteri Swedia Magdalena Andersson mengatakan, dua ledakan telah terdeteksi sehubungan dengan kebocoran dan meskipun ini tidak mewakili serangan terhadap Swedia. Stockholm berhubungan dekat dengan mitra seperti NATO dan tetangga seperti Kopenhagen dan Berlin mengenai perkembangan peristiwa tersebut.

Administrasi Maritim Swedia (SMA) mengatakan, dua kebocoran di Nord Stream 1, satu di zona ekonomi Swedia dan satu lagi di zona Denmark, berada di timur laut Bornholm Denmark. "Kami terus mengawasi untuk memastikan tidak ada kapal yang datang terlalu dekat ke lokasi," kata juru bicara SMA.

Seismolog di Denmark dan Swedia mengatakan, telah mencatat dua ledakan kuat di sekitar kebocoran pada Senin. "Sinyal tidak menyerupai sinyal dari gempa bumi. Mereka menyerupai sinyal yang biasanya direkam dari ledakan," kata Survei Geologi Denmark dan Greenland (GEUS).

Sedangkan seismolog di Uppsala University Swedia yang bekerja sama dengan GEUS mengatakan, ledakan kedua yang lebih besar berhubungan dengan lebih dari 100 kilogram dinamit. Ledakan itu terjadi di dalam air bukan di bawah dasar laut.

Angkatan bersenjata Denmark mengatakan kebocoran gas terbesar telah menyebabkan gangguan permukaan dengan diameter lebih dari satu kilometer. Angkatan bersenjata Denmark mengatakan, kebocorannya sangat besar dan mungkin butuh waktu seminggu agar gas berhenti mengalir keluar dari pipa Nord Stream 2. Kapal bisa kehilangan daya apung jika memasuki area tersebut.

Sementara itu Norwegia mengatakan, akan memperkuat keamanan di instalasi minyak dan gasnya setelah kebocoran. Menteri Energi Norwegia Terje Aasland mengatakan, ada laporan aktivitas pesawat tak berawak di Laut Utara.


Baca Juga


Jaringan pipa Nord Stream telah menjadi titik nyala dalam perang energi yang meningkat antara Eropa dan Rusia. Kondisi ini membuat harga gas melonjak dan memicu perburuan pasokan alternatif.

Rusia juga mengatakan kemungkinan sabotase dan kebocoran itu merusak keamanan energi benua itu.  Juru bicara Istana Kremlin Dmitry Peskov menyebut kebocoran itu sebagai berita yang sangat memprihatinkan.

"Memang, kita berbicara tentang beberapa kerusakan yang tidak jelas pada jalur pipa di zona ekonomi Denmark," ujarnya menyatakan kondisi ini mempengaruhi keamanan energi benua.

Tidak ada pipa yang memompa gas ke Eropa pada saat kebocoran ditemukan. Hanya saja insiden tersebut akan menggagalkan harapan yang tersisa bahwa Eropa dapat menerima bahan bakar melalui Nord Stream 1 sebelum musim dingin.

Rusia mengurangi pasokan gas ke Eropa melalui Nord Stream 1 sebelum menghentikan aliran sama sekali pada Agustus. Tindakan itu diambil dengan alasan penerapan sanksi Barat karena menyebabkan kesulitan teknis. Politisi Eropa mengatakan itu adalah dalih untuk berhenti memasok gas ke wilayah tersebut.

Sedangkan Pipa Nord Stream 2 yang baru belum memasuki operasi komersial. Rencana untuk menggunakannya untuk memasok gas dibatalkan oleh Jerman beberapa hari sebelum Rusia mengirim pasukan ke Ukraina.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler