Rusia: Joe Biden Pernah Ancam Matikan Jaringan Nord Stream
Biden pernah mengancam akan menargetkan Nord Stream jika Rusia serang Ukraina
REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Rusia mengatakan, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden wajib menjawab pertanyaan apakah negaranya mendalangi insiden bocornya pipa gas Nord Stream 1 dan 2. Hal itu karena Biden pernah mengancam akan menargetkan jaringan pipa tersebut jika Moskow menyerang Ukraina.
“Pada 7 Februari 2022, Joe Biden mengatakan, Nord Stream akan tamat jika Rusia menginvasi Ukraina. Biden berkewajiban menjawab pertanyaan apakah AS melakukan ancamannya,” kata juru bicara Kemenlu Rusia Maria Zakharova lewat akun media sosialnya, Rabu (28/9/2022).
Dalam pernyataannya, Zakharova turut mengunggah video saat Biden mengatakan, “Kami akan mengakhiri Nord Stream 2 jika tank-tank Rusia melintasi perbatasan Ukraina”. “Pernyataan niat disokong oleh janji. Kita harus bertanggung jawab atas kata-kata kita. Eropa harus tahu kebenarannya,” kata Zakharova.
Sebelumnya Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Antony Blinken mengomentari tentang dugaan sabotase sebagai penyebab bocornya pipa jaringan gas Nord Stream milik Rusia. Menurutnya, tak ada pihak yang berkepentingan ingin merusak fasilitas tersebut.
“Ada laporan awal yang menunjukkan, ini mungkin akibat dari serangan atau semacam sabotase. Namun ini adalah laporan awal dan kami belum mengonfirmasinya. Tapi jika hal tersebut terkonfirmasi, itu jelas bukan kepentingan siapa pun,” kata Blinken dalam konferensi pers bersama Menlu India Subrahmanyam Jaishankar, Selasa (27/9/2022).
Kendati demikian, Blinken yakin, kebocoran pipa Nord Stream tidak akan berdampak signifikan pada ketahanan energi Eropa. Sementara itu, Gedung Putih sudah menyampaikan, AS siap mendukung mitra mereka di Eropa untuk menyelidiki insiden kebocoran Nord Stream.
Pemerintah Rusia tidak mengesampingkan dugaan tindakan sabotase sebagai penyebab bocornya jaringan pipa gas Nord Stream 1 dan 2. "Tidak ada opsi yang dikesampingkan sekarang," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov saat ditanya awak media Selasa lalu tentang apakah aksi sabotase merupakan penyebab kebocoran pipa Nord Stream 1 dan 2.
Peskov mengungkapkan, Rusia sangat prihatin atas insiden kebocoran pipa Nord Stream tersebut. “Ini adalah berita yang sangat memprihatinkan. Memang, kita berbicara tentang beberapa kerusakan yang tidak jelas pada jalur pipa di zona ekonomi Denmark. Ini adalah masalah yang terkait dengan keamanan energi seluruh benua,” ucapnya.
Pada Selasa lalu, Nord Stream AG, yakni operator yang mengelola jaringan Nord Stream mengungkapkan, tiga jalur lepas pantai dari sistem pipa Nord Stream mengalami kerusakan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam satu hari. Setiap jalur pipa Nord Stream terdiri dari sekitar 100 ribu pipa baja berlapis beton seberat 24 ton dan diletakkan di dasar laut Laut Baltik. Pipa tersebut memiliki diameter internal konstan 1,153 meter.
Bagian dari pipa terletak pada kedalaman sekitar 80-110 meter. Otoritas Maritim Swedia mengeluarkan peringatan tentang dua kebocoran di pipa Nord Stream 1. Hal itu diumumkan tak lama setelah kebocoran pada pipa Nord Stream 2 terdekat ditemukan. Kebocoran pada pipa Nord Stream 2 telah mendorong Denmark membatasi pengiriman dalam radius lima mil laut.
Pipa Nord Stream 1 dan 2 memiliki kapasitas tahunan gabungan sebesar 110 miliar meter kubik. Angka itu lebih dari setengah volume ekspor gas normal Rusia. Jaringan Nord Stream dirancang untuk membawa gas dari Semenanjung Yamal Siberia Barat langsung ke Jerman, ekonomi terbesar di Eropa.
Sejak Barat menerapkan sanksi ke Rusia sebagai respons atas keputusannya menyerang Ukraina, Moskow mulai mengurangi volume pasokan gas yang dikirim via Nord Stream. Rusia bahkan sempat menyetop suplai gas dengan alasan adanya pekerjaan perbaikan pada Nord Stream 1.