Diagnosis Terungkap, Istri Robin Williams: Seperti Menemukan Nama Pembunuh Suami Saya

Diagnosis penyakit Robin Williams terungkap setelah kematiannya lewat autopsi otak.

REUTERS/Fred Prouser/ca
Mendiang aktor Robin Williams. Lewat autopsi otak terungkap bahwa Williams mengidap Lewy body dementia.
Rep: Desy Susilawati Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lahir pada 1951, di Chicago, Amerika Serikat, Robin Williams kemudian menjadi aktor yang brilian. Pria yang memenangkan Academy Award untuk Good Will Hunting ini meninggal pada Oktober 2014.

"Beberapa bulan sebelum meninggal, dia didiagnosis mengidap Parkinson," ujar istri mendiang, Susan Schneider Williams.

Kenyataannya, itu hanya puncak gunung es, menurut Schneider Williams. Beberapa bulan setelah kematiannya pada Oktober 2014, autopsi pada otak mengungkapkan bahwa aktor Mrs Doubtfire itu menderita Lewy body demensia.

"Saya tidak bisa hidup dengan diri saya sendiri jika saya tidak menceritakan kisah ini," ujar Schneider Williams, seperti dilansir laman Express, Kamis (29/9/2022).

"Ketika itu terungkap, itu seperti menemukan nama pembunuh suami saya."

Asosiasi Penyakit Parkinson Amerika menjelaskan Lewy body dementia dan penyakit Parkinson memiliki gejala yang sama, seperti depresi. Perubahan kepribadian termasuk perbedaan dalam pemikiran dan penalaran, kognisi berfluktuasi yang mirip delirium, dan halusinasi visual yang berulang adalah beberapa gejalanya.

Penderitanya bisa jadi mengalami kehilangan memori yang signifikan dan Parkinsonisme spontan dengan gerakan lambat, tremor saat istirahat, atau kekakuan. Oleh karena itu, Lewy body dementia dapat salah didiagnosis sebagai penyakit Parkinson.

"Seperti jenis demensia lainnya, tidak ada tes tunggal yang dapat secara meyakinkan mendiagnosis demensia dengan Lewy body dementia," kata Asosiasi Alzheimer.

Baca Juga


Satu-satunya cara untuk mendiagnosis Lewy body dementia secara meyakinkan adalah melalui otopsi post mortem. Pada 2016, Schneider Williams menulis tentang kerusakan otak Williams yang disebabkan oleh penyakit tersebut.

"Proliferasi besar-besaran Lewy body dementia di seluruh otak (Williams) telah menyebabkan begitu banyak kerusakan pada neuron dan neurotransmiternya," tulisnya.

Pada dasarnya, bisa dibilang bahwa Williams memiliki perang kimia di otaknya. Baik Lewy body dementia dan Parkinson dianggap sebagai ekspresi dari masalah mendasar yang sama yang dimiliki otak dengan pemrosesan protein alpha-synuclein.

Saat ini, tidak ada perawatan yang tersedia untuk memperlambat atau menghentikan penyakit dari kerusakan otak. Strategi yang ada sekarang hanya berfokus pada membantu meringankan gejala, meskipun kondisinya akan memburuk seiring waktu.

"Kami memiliki pengalaman ini dengan sesuatu yang tidak terlihat dan menakutkan, sungguh," ujar Schneider Williams.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler