Gula Alami Vs Pemanis Buatan, Apa Beda Dampaknya Bagi Kesehatan?

Ketahui perbedaan aneka jenis pemanis yang biasa digunakan di makanan-minuman.

Wikimedia
Gula (ilustrasi). Batasi asupan gula agar tak menimbulkan masalah kesehatan.
Rep: Gumanti Awaliyah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Orang Amerika Serikat mengonsumsi rata-rata 17 sendok teh gula tambahan setiap harinya, yang berarti melebihi batas harian yang disarankan oleh American Heart Association. Melampaui batas gula harian telah dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan termasuk penyakit jantung, diabetes tipe 2, gangguan mood (seperti depresi), masalah berat badan, bentuk kanker tertentu, dan gangguan kognitif seperti penyakit Alzheimer.

Gula tambahan merupakan pemanis yang ditambahkan ke minuman seperti teh dan kopi, serta yang ditambahkan produsen ke makanan. Ketika memikirkan gula tambahan, Anda mungkin berpikir tentang makanan, seperti kue kering, es krim, dan soda.

Baca Juga


Padahal, faktanya, gula tambahan terdapat dihampir 75 persen makanan kemasan, baik makanan itu manis atau tidak. Makanan seperti roti, sereal gandum utuh, susu nabati (seperti susu oat), granola, yoghurt, sup, saus salad, dan bumbu lainnya sering kali mengandung gula tambahan.

Jika dilihat sekilas, jumlah di setiap produk mungkin tidak banyak. Akan tetapi, jika diakumulasikan selama sehari, itu dapat melebihi batas gula harian setiap individu. Adapun batas gula harian yang direkomendasikan ahli adalah 25 gram untuk wanita dan anak-anak, serta 36 gram untuk pria.

Untuk melacak kandungan gula tambahan, Anda bisa melihat label makanan. Gula tambahan pada label makanan mungkin muncul dalam berbagai jenis, bahkan bisa lebih dari 50. Beberapa pemanis yang umum digunakan dalam makanan kemasan antara lain konsentrat jus buah, gula tebu, gula pasir, sirup jagung berfruktosa tinggi, pemanis atau sirup jagung, sari tebu yang dievaporasi, maltodextrin, dan banyak lagi.

Di sisi lain, ada juga gula alami, termasuk fruktosa dalam buah dan laktosa dalam makanan susu Ketika harus membatasi asupan gula, Anda tidak perlu khawatir dengan jenis gula ini. Faktanya, buah dan produk susu seperti yoghurt dan susu, memiliki nutrisi lain yang sangat dibutuhkan, seperti serat dan antioksidan dalam buah, serta kalsium dan kalium dalam susu.

Di antara jenis gula alami, ada juga gula rafinasi, seperti sirup maple, madu, dan gula kelapa. Lalu, bagaimana dampak konsumsinya?

Dilansir dari Today, Sabtu (1/10/2022), gula rafinasi termasuk gula yang diproses sehingga perlu dibatasi. Setiap kali mengonsumsi gula tambahan, tubuh akan mengubah gula menjadi glukosa dalam darah, dan kemudian merespons dengan memompa insulin untuk menjaga kadar gula darah tetap stabil.

Jika Anda secara konsisten mengonsumsi makanan manis, pankreas juga harus harus bekerja keras untuk memproduksi insulin. Pada saat yang sama, sel-sel menjadi kurang responsif, sehingga gula menumpuk di aliran darah. Pada akhirnya, ini bisa menjadi faktor risiko diabetes tipe 2.

Beberapa pemanis, seperti sirup maple dan madu, dianggap lebih sehat karena mengandung antioksidan serta senyawa anti-inflamasi. Anda dapat menemukan banyak manfaat serupa dalam makanan nabati tanpa pemanis lainnya, seperti buah-buahan dan sayuran.

Bagaimana jika menggunakan pemanis buatan sebagai gantinya?

Pemanis buatan sering digunakan untuk menggantikan gula dalam makanan kemasan, dan khususnya minuman manis seperti soda. Tidak seperti pemanis biasa, pengganti gula ini tidak mengandung karbohidrat sehingga tidak berdampak pada gula darah. 

Pemanis buatan juga tidak mengandung kalori. Namun, pemanis buatan mungkin memiliki konsekuensi lain.

Penelitian ada yang menghubungkan sucralose (yang digunakan dalam soda dan banyak lagi) dengan resistensi insulin, sehingga hal itu dapat mengganggu metabolisme glukosa. Penelitian lain telah mengaitkan jenis pemanis ini dengan risiko strok, penyakit jantung, dan kematian dini yang lebih tinggi karena sebab apa pun.

Terlebih lagi, bukti bahwa pemanis buatan membantu menurunkan berat badan masih jauh dari konklusif. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ketika orang memisahkan kalori dari makanan atau minuman supermanis yang dikonsumsi, itu malah bisa memicu nafsu makan yang lebih besar hingga akhirnya menyebabkan penambahan berat badan.

Ada juga pengganti gula yang berasal dari bahan alami, seperti ekstrak monk, stevia dan erythritol. Namun, karena bahan tersebut terbilang baru, masih diperlukan lebih banyak penelitian.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler