20 Protein Darah Bisa Prediksi Long Covid

Penyintas disebut long Covid jika gejala infeksi masih terasa setiga bulan.

www.pixabay.com
Pencegahan Covid-19 (ilustrasi). Sebagian penyintas Covid-19 masih merasakn gejala sekitar tiga bulan setelah terpapar SARS-CoV-2. Kondisi ini disebut long Covid.
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kemunculan long Covid tampak cukup sulit diprediksi karena bisa mengenal berbagai pasien Covid-19. Namun, menurut studi terbaru, ada 20 protein darah yang bisa memprediksi insiden gejala Covid-19 yang bertahan lama.

Bila mengacu pada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), long Covid merupakan kondisi ketika gejala Covid-19 masih terjadi sekitar tiga bulan setelah terpapar SARS-CoV-2. Gejala-gejala ini tak bisa dijelaskan oleh diagnosis lain.

Menurut penelitian, long Covid lebih banyak ditemukan pada pasien Covid-19 bergejala berat. Akan tetapi, sekitar 36 persen pasien Covid-19 bergejala ringan yang tak membutuhkan perawatan di rumah sakit juga bisa mengalami long Covid.

Untuk lebih memahami risiko long Covid pada pasien, sekelompok peneliti dari University College London (UCL) melakukan sebuah studi yang melibatkan tenaga kesehatan sebagai partisipan. Sebanyak 54 tenaga kesehatan dalam studi ini sudah pernah terkena Covid-19, sedangkan sebanyak 102 tenaga kesehatan lainnya belum pernah.

Selama studi berlangsung, tim peneliti meminta para partisipan untuk melakukan evaluasi mingguan dengan cara mengisi kuesioner dan pengambilan sampel darah. Hal ini dilakukan selama 16 pekan.

Baca Juga


Para partisipan juga diminta untuk mengisi kuesioner mengenai gejala pada bulan ke-6 dan ke-12 setelah studi dimulai. Tim peneliti menemukan bahwa ada 12 macam protein yang tampak meningkat pada partisipan yang pernah terkena Covid-19.

Protein-protein yang mengalami peningkatan adalah protein yang terlibat dalam stres oksidatif, pemrograman ulang metabolik, dan adhesi sel. Peningkatan ini tampak berkaitan erat dengan keparahan gejala Covid-19 yang dialami para partisipan.

Tim peneliti juga menemukan bahwa kadar yang tidak normal pada 20 macam protein di dalam darah bisa memprediksi kejadian long Covid. Sebagian dari protein ini memiliki efek antikoagulan dan antiperadangan.

Bila protein-protein ini bisa dimanfaatkan untuk mengidentifikasi orang yang berisiko terhadap long Covid, maka dokter bisa memberikan terapi intervensi pada orang yang tepat untuk mencegah long Covid. Temuan ini telah dipublikasikan dalam eBioMedicine.

"Mampu mengidentifikasi orang-orang dengan kecenderungan (lebih besar untuk terkena) long Covid lebih dini bisa membantu kami dalam menguji terapi intervensi baru pada orang yang tepat," jelas peneliti senior dari UCL, Dr Wendy Heywood.

Direktur medis dari Program Pengendalian dan Pencegahan Infeksi di University of Kansas Medical Center yang tak terlibat dalam studi, Dr Dana Hawkinson, mengungkapkan bahwa sebagian protein yang teridentifikasi jelas mencerminkan keadaan inflamasi. Pada gilirannya, kondisi tersebut dapat memengaruhi gejala long Covid yang muncul.

"(Tetapi), protein-protein ini (mungkin juga) terbentuk akibat adanya keadaan inflamasi, bukan sebagai penyebabnya," kata Dr Hawkinson, seperti dilansir Medical News Today, Rabu (5/10/2022).

Menurut Dr Hawkinson, temuan dalam studi terbaru ini bisa berguna di masa mendatang untuk menentukan obat-obatan yang mungkin bisa diresepkan dokter kepada pasien Covid-19 demi menekan risiko long Covid. Namun untuk saat ini, studi dengan skala yang lebih besar perlu dilakukan untuk mereplikasi dan memvalidasi temuan dari studi yang dilakukan oleh tim peneliti UCL.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler