Produksi Terancam Akibat Kerdil Rumput, Dinas: Jangan Gebyah Uyah Uji Lab Dulu

Gangguan tanaman padi hingga puluhan persen harus dipastikan terlebih dahulu.

Republika/binti sholikah
Produksi Terancam Akibat Kerdil Rumput, Dinas: Jangan Gebyah Uyah Uji Lab Dulu (ilustrasi)
Rep: C02 Red: Muhammad Fakhruddin

REPUBLIKA.CO.ID,SRAGEN –- Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Dispertaketapang) Kabupaten Sragen menepis klaim Kontak Tani dan Nelayan dan Andalan (KTNA) terkait ancaman pangan menurun akibat kerdil rumput. 

Baca Juga


Plt Dispertaketapang Kabupaten Sragen Tatag Prabawanto mengatakan bahwa gangguan tanaman padi hingga puluhan persen harus dipastikan terlebih dahulu. Pasalnya, soal penyebab dari temuan yang diduga kerdil rumput bisa jadi akibat dari fisiologi tanaman. 

"Ketika ada permasalahan kita lakukan pengujian, hasil uji sudah ada. Itu karena tingkat keasaman yang tinggi," kata Tatag ketika dihubungi, Jumat (7/10/2022).

Selain itu, Tatag mengatakan bahwa jika penyebab gangguan tanaman beragam. Bisa kekurangan zat hara atau faktor lainnya. Oleh karena itu jika ada kasus dinas yang sudah kerjasama dengan Laboratorium Penelitian Hama dan Penyakit Tanaman akan melakukan uji mengetahui hasilnya. 

Tatag menyampaikan terkait penyebab gangguan tanaman beragam. Bisa kekurangan zat hara pada tanah dan sebagainya. Setelah ada permasalahan terkait tanaman, dinas sudah langsung kerjasama dengan Laboratorium Penelitian Hama dan Penyakit Tanaman. 

"Jangan gebyah uyah dan bombastis kalau mengatakan itu kerdil rumput. yang pasti harus uji lab. Dari hasil uji ternyata tingkat keasaman yang tinggi akibat pengolahan tanah yang kurang bagus, pengolahan (ngluku,red) kurang dari 20 cm. Kita sudah kerjasama dengan lab yang ada di Palur, untuk mengetahui penyebabnya itu apa," terangnya.

Kondisi Kabupaten Sragen di bidang pertanian, Luas Areal dan Produksi Padi mencapai 66.595 Hektar. Sedangkan Produksi bisa mendapat 516.329 ton. dia menekankan Penyakit Kerdil Rumput dan Kerdil hampa merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman padi yang disebabkan oleh Rice ragged stunt virus (RRSV). Hal itu ditularkan secara persisten oleh wereng batang coklat (WBC).

"Cara pengendalian penyakit kerdil rumput dapat dilakukan dengan melalui tindakan preventif terhadap tanaman padi atau terhadap faktor penularannya yakni wereng coklat. Tindakan preventif dapat dilakukan dengan cara penanaman padi secara serentak, rotasi tanam, penghindaran sumber infeksi, serta penggunaan varietas yang tahan terhadap hama," terangnya. 

Sebelumnya, Santoso petani asal Karangmalang mengatakan kondisi padi menjadi Kerdil sejak umur 20 hari masa tanam hingga sekarang. Pihaknya tidak memungkiri kondisi tanah yang tak pernah berhenti menjadi media tanam berpengaruh. 

”Petani tidak tahu penyebabnya. Analisa PH tanah bisa, karena dulu cek PH bagus tapi sekarang tidak tahu. Kemungkinan juga bisa karena tanah itu tidak pernah berhenti (produksi) begitu habis panen langsung tanam lagi,” terangnya.

Santoso menjelaskan mungkin karena seringnya menggunakan Pupuk kimia. Pasalnya, pihaknya juga tidak memiliki pupuk organik. 

"Petani gak punya sapi karena mau buat organik ndak punya limbah kotoran sapi. Dulu dapat subsidi organik sekarang tidak, keseimbangan pupuk juga tidak imbang antara organik dan kimia,” pungkasnya.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler