Media Korut: Uji Coba Rudal Simulasikan Serangan Senjata Nuklir ke Korsel
Peluncuran rudal dilakukan sebagai peringatan usai latihan AL pasukan AS dan Korsel.
REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Uji coba rudal Korea Utara (Korut) baru-baru ini dirancang untuk mensimulasikan penyerangan Korea Selatan (Korsel) dengan senjata nuklir taktis. Laporan media pemerintah Korut KCNA menyatakan pada Senin (10/10/2022), tindakan ini sebagai peringatan setelah latihan angkatan laut skala besar oleh pasukan Korsel dan Amerika Serikat (AS).
Tes tersebut mensimulasikan fasilitas komando militer yang menyerang, pelabuhan utama, dan bandara di Selatan. “Keefektifan dan kemampuan tempur praktis dari kekuatan tempur nuklir kami sepenuhnya ditunjukkan karena siap sepenuhnya untuk menyerang dan menghancurkan target kapan saja dari lokasi mana pun,” kata KCNA.
Laporan KCNA menyatakan, Pemimpin Korut Kim Jong-un dipandu latihan oleh unit taktis nuklir selama dua minggu terakhir, yang melibatkan rudal balistik dengan hulu ledak nuklir tiruan. Laporan itu mengatakan, itu dimaksudkan untuk menyampaikan pesan kuat pencegahan perang.
"Meskipun musuh terus berbicara tentang dialog dan negosiasi, kami tidak memiliki apa pun untuk dibicarakan dan kami tidak merasa perlu melakukannya," kata Kim yang dikutip oleh KCNA.
KCNA mengatakan, Partai Buruh yang berkuasa di Korut memutuskan untuk melakukan latihan tersebut sebagai tanggapan yang tak terhindarkan terhadap mobilisasi besar-besaran pasukan angkatan laut AS dan Korsel, termasuk kapal induk dan kapal selam bertenaga nuklir. Washington dan Seoul mengadakan latihan maritim bersama yang melibatkan kapal induk pada Jumat (7/10/2022). Kemudian Korut menembakkan dua rudal balistik pada Ahad (9/10/2022) pagi.
Latihan angkatan laut melibatkan kapal induk AS Ronald Reagan dan kelompok penyerangnya. Pasukan angkatan laut Korsel, Jepang, dan AS juga melakukan latihan bersama sebelum itu.
Setelah pernyataan Korut terbaru, kantor Presiden Korsel Yoon Suk-yeol mengatakan, penting untuk secara akurat mengenali tingkat keparahan masalah keamanan di Semenanjung Korea dan Asia Timur Laut. Menurut pejabat Korsel, upaya ini pentingdilakukan untuk mempersiapkan diri dengan baik.
"Pernyataan yang mereka keluarkan sangat jelas bahwa serentetan tes baru-baru ini adalah cara mereka memberi sinyal tekad kepada AS dan Korsel saat mereka melakukan kegiatan militer mereka sendiri," kata Ankit Panda dari Carnegie Endowment for International Peace yang berbasis di AS.
Panda menyatakan, Korut hanya menyebut satu rudal yang memiliki kemampuan nuklir taktis, tetapi pernyataan itu menjelaskan bahwa banyak sistem, baru dan lama, akan diberi peran seperti itu. Jika Pyongyang melanjutkan uji coba nuklir, itu dapat mencakup pengembangan hulu ledak taktis yang lebih kecil yang dimaksudkan untuk digunakan di medan perang dan dirancang agar sesuai dengan rudal jarak pendek seperti yang diuji baru-baru ini.
Pejabat Korsel dan AS mengatakan, ada tanda-tanda bahwa Korut akan segera meledakkan perangkat nuklir baru di terowongan bawah tanah di situs Uji Nuklir Punggye-ri, yang secara resmi ditutup pada 2018. Analis mengatakan menempatkan hulu ledak kecil pada rudal jarak pendek dapat mewakili perubahan berbahaya dalam cara Korut menyebarkan dan berencana menggunakan senjata nuklir.
Pada 4 Oktober, Korut melakukan uji coba rudal balistik lebih jauh dari sebelumnya. Uji coba ini menerbangkan rudal balistik jarak menengah (IRBM) baru di atas wilayah Jepang untuk pertama kalinya sejak 2017.