4 Cobaan Nabi Muhammad yang Membuatnya Lebih Kuat

Nabi Muhammad tetap kuat dan tidak menyerah mengatasi ujiannya.

Republika.co.id
4 Cobaan Nabi Muhammad yang Membuatnya Lebih Kuat
Rep: Haura Hafizhah Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nabi Muhammad SAW pernah mengalami kesulitan yang luar biasa dalam hidupnya. Namun, ia tetap kuat dan tidak menyerah dalam menyelesaikan permasalahan dan kesulitan tersebut.

Baca Juga


Dilansir dari About Islam, ujian itu sesuai dengan keimanan seseorang yang paling berat ujiannya di antara manusia adalah para Nabi, kemudian yang terbaik berikutnya dan yang terbaik berikutnya. Nabi Muhammad yang diberkati menjalani kehidupan di bawah naungan ayat-ayat di mana Allah berfirman:

'Dan sesungguhnya Kami akan menguji kamu dengan ketakutan, kelaparan, kehilangan harta, jiwa dan buah-buahan, tetapi berilah kabar gembira kepada As-Saabiron (sabar)'.

Berikut empat cobaan Nabi Muhammad yang membuatnya lebih kuat.

1. Anak Yatim

Kehidupan Nabi Muhammad SAW sulit sejak tahap awal. Dia terlahir sebagai yatim piatu, dan ibunya tidak hidup lebih lama lagi. Namun, menjadi yatim piatu adalah berkah tersembunyi.

Pengaruhnya terhadap Nabi Muhammad SAW sangat luar biasa. Dia menjadi orang yang lebih kuat, baik secara spiritual maupun mental, mempersiapkannya untuk misi mulianya sebagai seorang Nabi, yang akan segera datang.

2. Kematian Setelah Kematian

Nabi Muhammad SAW pindah ke rumah pamannya Abu Thalib dan mulai bekerja dengan perdagangan dimana ia bertemu istrinya Khadijah. Segera terlihat bahwa, Allah telah memilihnya untuk sebuah misi besar, yaitu kenabian.

Khadijah berdiri di sisinya, menawarkan tidak hanya dukungan emosional tetapi juga dukungan finansial kepada suaminya dan Komunitas Muslim yang baru. Abu Thalib adalah pelindung yang kuat dari keponakannya dalam menghadapi ancaman kejam dari kaum pagan Makkah.

Lagi-lagi kematian orang-orang terkasih sering terjadi. Dia kehilangan paman dan istri tercinta Khadijah di tahun yang sama, tahun kesedihan. Apalagi keturunannya semua mati dalam hidupnya, kecuali Fatimah.

Apakah ini membuat Nabi Muhammad SAW menyimpan dendam dengan keputusan Tuhannya? sebaliknya, keseimbangan menjadi Nabi Muhammad yang taat dan ayah yang berhati lembut termanifestasi dengan indah.

3. Kesulitan di Makkah

Selama 13 tahun pertama hidupnya di Makkah, ia dan para pengikutnya menghadapi banyak penganiayaan. Mereka bahkan tidak diberi makanan dan air. Dalam kelaparan inilah Khadijah istri tercintanya meninggal.

Ketika musuh Nabi Muhammad sangat meningkatkan penganiayaan mereka, para sahabat memintanya untuk mengutuk mereka. Namun, Nabi menjawab:

'Aku tidak diutus untuk mengutuk manusia tetapi untuk menjadi berkat bagi mereka'.(Muslim)

Nabi Muhammad SAW ingin memenuhi misinya meskipun kesulitan. Sifatnya yang mulia sangat sempurna. Hal ini tampak dalam kisah Taif. Dia pergi mengunjungi desa Taif, untuk mengajak masyarakatnya masuk Islam. Mereka menolaknya, melemparinya dengan batu dan membuatnya berdarah.

Di antara insiden malang lainnya adalah ketika Nabi akan berdiri untuk berdoa, musuh-musuhnya akan mendekatinya dan bersiul dan bertepuk tangan untuk mengganggunya, tetapi Nabi bahkan tidak pernah menunjukkan permusuhan. Bahkan, ketika Nabi sedang sholat di Ka'bah sementara musuh-musuhnya mengawasinya, salah satu lawannya meletakkan kotoran unta di punggungnya saat sujud.

Nabi tidak bereaksi dan tetap dalam posisi itu. Putrinya, Fatimah, bergegas mengambil kotoran dari punggungnya dan membersihkannya. Cobaan dan musibah adalah ujian, dan merupakan tanda cinta Allah kepada seseorang.

4. Kesulitan di Madinah

Dalam perang Uhud, ketika musuh Mekah menyerang kaum Muslim, Nabi Muhammad mengalami luka di kepala dan gigi depannya patah. Ketika darah mulai merembes dari kepalanya, dia menyekanya sambil berkata:

'Jika setetes darahku jatuh ke bumi, orang-orang kafir itu akan dihancurkan oleh Allah'.

Umar berkata kepadanya, Wahai Rasulullah, Kutuklah mereka! Nabi menjawab: 'Saya tidak diutus (oleh Allah) untuk mengutuk. Saya dikirim sebagai rahmat'.

Manifestasi lain dari karakter sabarnya adalah kisah tentang kerugian yang dideritanya oleh tetangganya yang Yahudi. Dilaporkan salah satu tetangga Nabi adalah seorang Yahudi yang membenci Nabi. Setiap hari dia akan membuang sampah di jalan.

Nabi tidak pernah menegurnya. Suatu hari, orang Yahudi itu tidak muncul. Nabi bertanya tentang dia dan diberitahu bahwa dia sakit. Jadi, dia pergi memeriksanya dan kesehatannya. Setelah melihat ini, orang Yahudi itu memeluk Islam.

Nabi Muhammad SAW bersabda:

'Demi Tuhan, dia bukan seorang mukmin, demi Tuhan, dia bukan seorang mukmin, demi Tuhan, dia bukan seorang mukmin, dengan siapa tetangganya tidak aman'. (Al-Bukhari)

Sekali lagi Nabi Muhammad SAW memiliki kesempatan untuk membalas dendam ketika Makkah akhirnya menjadi miliknya lagi. Para pemimpin datang kepadanya karena takut dia akan membunuh mereka seperti yang dilakukan semua penakluk.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler