Biden: Penyelesaian Sengketa Maritim Israel-Lebanon Terobosan Bersejarah
Israel dan Lebanon sama-sama mengklaim Laut Mediterania seluas 860 kilometer persegi.
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden memuji tercapainya kesepakatan penyelesaian sengketa maritim antara Israel dan Lebanon. Menurutnya, itu merupakan terobosan bersejarah di Timur Tengah (Timteng).
“Saya senang mengumumkan terobosan bersejarah di Timteng,” kata Biden setelah menjalin pembicaraan via telepon dengan Perdana Menteri Israel Yair Lapid dan Presiden Lebanon Michel Aoun, Selasa (11/10/2022), dilaporkan laman Anadolu Agency.
Kesepakatan penyelesaian sengketa maritim antara Israel dan Lebanon memang tercapai berkat mediasi AS. "(Kesepakatan itu) akan menyediakan pengembangan bidang energi untuk kepentingan kedua negara, menyiapkan panggung untuk kawasan yang lebih stabil dan makmur, serta memanfaatkan sumber daya energi baru yang vital bagi dunia," kata Biden.
Yair Lapid dan Michel Aoun turut menyampaikan kegembiraan mereka atas tercapainya kesepakatan penyelesaian sengketa maritim Israel-Lebanon. "Ini adalah pencapaian bersejarah yang akan memperkuat keamanan Israel, menyuntikkan miliaran ke ekonomi Israel, dan memastikan stabilitas perbatasan utara kami," kata Lapid dalam sebuah pernyataan.
Sementara Aoun menyebut, versi final dari perjanjian yang disodorkan AS benar-benar memuaskan untuk Lebanon. “AS tetap berkomitmen kepada rakyat Lebanon serta mendukung stabilitas dan kedaulatan Lebanon,” tulis Aoun di akun Twitter resminya.
Dalam perjanjian yang sudah diteken Israel-Lebanon, diatur tentang demarkasi perbatasan antara kedua negara. Lebanon sudah berkonflik dengan Israel sejak Israel berdiri pada 1948. Hingga kini kedua negara tersebut secara resmi masih berperang. Terkait perjanjian sengketa maritim, hal itu masih harus diratifikasi.
Israel dan Lebanon sama-sama mengklaim Laut Mediterania seluas 860 kilometer persegi. Negosiasi atas wilayah di Laut Mediterania, yang berisi bagian dari ladang gas Karish dan Qana, sebuah ladang gas prospektif, telah berlangsung sejak 2020. Ladang Karish telah menjadi sasaran Hizbullah, kelompok militan sekutu Iran yang menguasai sebagian wilayah Lebanon. Menurut Israel, Karish berada dalam zona ekonomi eksklusifnya yang diakui oleh PBB
Salah satu poin lain yang disengketakan adalah penolakan Lebanon mengakui pelampung yang ditempatkan di laut oleh Israel bertahun-tahun lalu. Masalah lainnya adalah penolakan Lebanon untuk membagi pendapatan dari ladang gas Qana.