Komnas HAM Pegang Video Kunci Tragedi Kanjuruhan Milik Korban yang Meninggal

Video itu memperlihatkan dari tribun sampai dengan titik pintu.

Republika/Flori sidebang
Komisioner Penyilidikan atau Pemantauan Komnas HAM, Choirul Anam dalam jumpa pers perkembangan penyelidikan tragedi Kanjuruhan di Kantor Komnas HAM, Jakarta, Rabu (12/10/2022).
Rep: Flori Sidebang Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) mengaku telah memiliki salah satu video kunci terkait tragedi Kanjuruhan. Video ini didapat dari seorang korban yang meninggal dalam peristiwa pada Sabtu (1/10/2022) tersebut.

Hal ini disampaikan oleh Komisi Penyilidikan atau Pemantauan Komnas HAM, Choirul Anam dalam jumpa pers di Kantor Komnas HAM, Jakarta. Dia menyebut, video kunci itu pun belum pernah terpublikasikan.

"Ada satu yang sangat krusial. Sepanjang pengetahuan kami ini belum terpublikasikan. Dan video ini memang video yang diproduksi oleh (korban) yang meninggal," kata Anam kepada wartawan, Rabu (12/10/2022).

Meski demikian, Anam tidak mengungkapkan identitas korban meninggal yang merupakan pemilik video tersebut. Akan tetapi, menurut dia, video kunci itu sangat krusial karena memperlihatkan rangkaian kejadian dan situasi di dalam Stadion Kanjuruhan saat kericuhan terjadi hingga aparat kepolisian menembakkan gas air mata ke arah penonton.

"Jadi video ini memang sangat krusial. Dia (korban) bisa merekam sejak di tribun, sampai di titik pintu itu. Dia merekam banyak hal, dan dia sendiri bagian dari yang meninggal," ungkapnya.

Anam menambahkan, pihaknya akan memasukkan temuan video ini dalam laporan akhir penyelidikan terkait Tragedi Kanjuruhan. Selain itu, pihaknya juga sudah mendapatkan keterangan dari para saksi yang selamat.

Seperti diketahui, Arema FC mengalami kekalahan saat bertemu Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Kepanjen, Kabupaten Malang, Sabtu (1/10/2022) malam. Kondisi ini menyebabkan dua Aremania turun ke lapangan untuk menguatkan para pemain Arema FC. Namun kedatangan tersebut direspons kurang baik oleh tim pengamanan sehingga memicu suporter lainnya turun ke lapangan.

Bukannya memberikan imbauan, tim pengamanan justru melakukan kekerasan terhadap para suporter. Bahkan, aparat kepolisian memberikan tembakan gas air mata ke sejumlah tribun. Sejumlah suporter panik dan mencoba keluar stadion tetapi pintu ditemukan dalam keadaan terkunci.

Situasi ini menyebabkan para penonton sesak napas hingga ada yang meninggal dunia di tempat. Hingga kini, total ada 132 orang yang meninggal akibat tragedi tersebut. Di samping itu, juga dilaporkan ratusan Aremania mengalami luka-luka akibat kejadian tersebut. Sebagian besar mengalami sesak napas, patah tulang, iritasi mata, dan sebagainya.


Baca Juga


BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler