Ganjar : Tuntutan Warga di Flyover Ganefo Sudah Direspon Menhub

Ganjar sendiri menyayangkan aksi unjuk rasa dengan mengerahkan warga itu terjadi/

dok. Humas Prov. Jateng
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menemui sebagian warga Mranggen yang menyampaikan aspirasi keberatan atas dioperasionalkannya jembatan layang Ganefo, di Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak, Kamis (13/10). Sebagian warga menyampaikan keberatan jika jalan lama di bawah jembatan layang ditutup untuk umum.
Red: Muhammad Fakhruddin

REPUBLIKA.CO.ID,SEMARANG -- Persoalan penolakan penutupan jalan lama --setelah difungsikannya jembatan Ganefo-- di Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak mulai menemukan kejelasan.

Baca Juga


Persoalan ini telah mendapatkan perhatian dari Menteri Perhubungan (Menhub), yang segera menugaskan salah satu dirjennya untuk berembug dengan warga yang keberatan.

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengatakan, soal penolakan penutupan jalan lama di bawah flyover Ganevo sudah mendapatkan perhatian langsung menhub.

"Alhamdulillah, pak menhub sudah ngontak saya,  beliau langsung merespons," ungkapnya, di Semarang, Jawa Tengah, Jumat (14/10).

Bahkan, jelas gubernur Menhub, Budi Karya Sumadi juga meminta nomor telepon Bupati Demak dan segera mengutus Dirjen untuk mengurus.

Menurut gubernur, ini merupakan bukti bagaimana persoalan bisa  dirembug atau didialogkan agar dapat membuahkan hasil tanpa harus protes atau menyampaikan keberatan dengan unjuk rasa.

Sebelumnya, Ganjar Pranowo memang menemui warga yang berunjuk rasa saat peresmian flyover Ganefo Mranggen pada Kamis (13/10) kemarin.

Ia bahkan meminta kepada penanggungjawab unjuk rasa --yang ternyata seorang anggota DPRD-- untuk mengirimkan berkas yang pernah dikirim ke Dirjen Perkeretaapian Kemenhub.

Menurutnya jalan masih bisa difungsikan tinggal tinggal ditempatkan penjaga pintu perlintasan kereta api, maka masyarakat masih bisa memanfaatkan.

Ganjar sendiri menyayangkan aksi unjuk rasa dengan mengerahkan warga itu terjadi, meskipun ia tidak melarang adanya penyampaian aspirasi melalui aksi.

Sebab sebelum aksi itu terjadi tidak ada seorang pun yang berkomunikasi kepadanya mengenai apa yang menjadi usulan atau keluhan warga di sekitar flyover Ganefo.

"Jadi saya ingin menyampaikan, sebenarnya untuk merampungkan persoalan itu hanya butuh komunikasi saja, sayangnya tidak ada yang menghubungi saya," tambahnya.

Informasi yang diperolehnya,  komunikasi terkait persoalan penutupan jalan di perlintasan kereta api bawah flyover Ganefo dilakukan dengan mengirim surat langsung ke Dirjen Perkeretaapian Kemenhub.

Menurutnya, itu merupakan cara lama yang memiliki kemungkinan kecil untuk cepat mendapatkan respons. Apalagi jika di instansi yang disurati itu juga terdapat banyak surat yang menumpuk.

Sehingga surat tersebut belum tentu dibaca. Padahal kalau di Jawa Tengah hal semacam ini --complain system handling-nya-- jauh lebih gampang. "Bisa pakai medsos bisa, pakai aplikasi laporgub atau pakai nomor handphone saya yang beberapa orang sudah tahu. Tapi saya senang begitu diajak ngobrol, spanduknya langsung diturunkan," tambahnya.

Selain kurangnya komunikasi, Ganjar juga menyayangkan aksi unjuk rasa di Flyover Ganefo itu juga melibatkan anak- anak. 

"Makanya gubernir pun protes  karena ada anggota DPRD yang jadi penanggung jawab agar jangan  mengajak anak- anak kalau mau demo," tandasnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, aksi unjuk rasa warga Mranggen saat Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo meresmikan difungsikannya flyover Ganefo, Kecamatan Mranggen.

Warga menuntut agar akses jalan di sekitar perlintasan kereta api di bawah Flyover Ganefo dibuka kembali. Sebab sejak proyek pembangunan flyover selesai, akses jalan itu ditutup.

Gubernur juga memberikan penjelasan tentang pentingnya manfaat Flyover Ganefo bagi kelancaran transportasi di perlintasan kereta api Ganefo, Mranggen.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler