Qatar Resmikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya, Dukung Piala Dunia Net Zero

Pada 18 Oktober 2022, Qatar meresmikan pembangkit listrik tenaga surya pertamanya

AP Photo/Darko Bandic
Branding Piala Dunia ditampilkan di dekat Pusat Pameran dan Konvensi Doha, di Doha, Qatar, 31 Maret 2022.
Rep: Rahma Sulistya Red: Christiyaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Qatar merupakan anggota Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) selama beberapa dekade, sebelum akhirnya keluar pada 2019. Baru-baru ini, Qatar telah mempertimbangkan penggunaan tenaga surya untuk menyediakan energi bagi negara Teluk tersebut.

Baca Juga


Pada 18 Oktober 2022, Qatar meresmikan pembangkit listrik tenaga surya pertama yang dibangun di lokasi yang luas. Pembangkit listrik ini bertujuan untuk menyediakan hingga 10 persen dari pasokan energi di Qatar.

“Perkebunan tenaga surya di Al Kharsaah, tepatnya sebelah barat ibu kota Doha, adalah salah satu yang terbesar di Timur Tengah,” kata Menteri Energi dan Presiden QatarEnergy, Saad Sherida al Kaabi dilansir TRT World, Jumat (21/10/2022).

Perkebunan tenaga surya itu diluncurkan pada 2016 dalam kemitraan dengan TotalEnergies Prancis dan Marubeni Jepang, sebagai bagian dari dorongan yang lebih luas oleh Qatar untuk berinvestasi dalam energi surya. Proyek tersebut memakan biaya hingga 1,7 miliar riyal Qatar atau setara 467 juta dolar AS, terdiri dari sekitar 1,8 juta panel surya dan mencakup area seluas lebih dari 10 kilometer persegi.

“Beroperasi sejak Juni, pembangkit itu memiliki kapasitas 800 megawatt dan akan diperluas lebih jauh di tahun-tahun mendatang,” kata Kaabi dalam konferensi pers.

Kaabi mengatakan pabrik itu adalah bagian dari inisiatif strategis Qatar untuk membangun proyek yang berkontribusi pada pengurangan emisi gas dan termal. Pada siang hari, teknologi pelacakan sinar matahari menggerakkan panel untuk memastikan paparan sinar matahari maksimum. Sementara pada malam hari, ada lengan robot yang membersihkan debu.

Negara yang akan menjadi penyelenggara Piala Dunia FIFA itu telah menggunakan pembangkit listrik tenaga surya besar untuk mendukung klaim bahwa Qatar akan menjadi tuan rumah Piala Dunia net zero pertama. Namun Kaabi mengatakan dia tidak bisa memastikan pembangkit listrik Al Kharsaah akan menyediakan listrik untuk stadion, yang menjadi tuan rumah pertandingan selama turnamen November-Desember.

Qatar, yang saat ini tertinggal di belakang negara-negara Teluk lainnya dalam perlombaan tenaga surya, telah mengumumkan target lima gigawatt kapasitas energi surya pada 2035. Qatar juga mengumumkan dua proyek surya besar pada Agustus lalu, yang akan lebih dari dua kali lipat output energi dari sumber terbarukan dalam waktu dua tahun.

Arab Saudi juga telah mengumumkan target lima gigawatt kapasitas energi surya, tetapi berjanji untuk mencapainya pada 2030. Uni Emirat Arab telah memiliki pembangkit listrik tenaga surya selama lebih dari satu dekade.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler