Kanker Serviks Bisa Kambuh, Imunoterapi Jadi Harapan Baru

Kanker serviks dapat kambuh lagi atau bermetastasis meski sudah diobati.

www.freepik.com
Nyeri perut (ilustrasi). Kanker serviks dapat kambuh akibat faktor genetik atau gaya hidup.
Rep: Desy Susilawati Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dr Nadia Ayu Mulansari SpPD-KHOM menjelaskan bahwa kanker serviks dapat kambuh lagi atau bermetastasis meski sudah diobati. Biasanya, kekambuhan kanker serviks dapat berkembang setelah selesainya pengobatan awal.

"Biasanya, kemoterapi setelah lini pertama itu bagus responsnya, artinya hilang kankernya, namun beberapa waktu kemudian kambuh kembali," ujarnya dalam webinar bertajuk "Imunoterapi Menjadi Harapan Baru Melawan Dua Kanker Ganas Tertinggi pada Perempuan di Indonesia", Selasa (25/10/2022).

Kalau sudah kambuh, lanjut dr Nadia, dari stadium 4 kanker serviks, sudah kemoterapi pertama masuk lini kedua, biasanya sudah tidak bagus responsnya. Tujuan pengobatan adalah untuk menghilangkan semua kanker, tetapi terkadang sel kanker tidak terdeteksi atau sel kanker baru berkembang.

Baca Juga


"Akibatnya, kanker berpotensi kembali ke leher rahim atau daerah sekitarnya, atau ke bagian tubuh lainnya, sehingga harus dipantau secara berkala," jelasnya.

Menurut dr Nadia, semua kanker bisa kambuh pada stadium beberapa pun. "Namun, pada stadium awal, kemungkinan kambuh kecil. Kalau stadium lanjut, kemungkinan kambuh selalu ada," ujar dr Nadia.

Faktor yang menyebabkan kekambuhan salah satunya ialah faktor genetik yang tidak bisa diintervensi. Ada pula faktor risiko yang bisa dimodifikasi, yaitu gaya hidup.

Imunoterapi
Kanker serviks dapat diobati dengan beberapa cara, tergantung pada jenis kanker serviks dan seberapa jauh penyebarannya. Tiga cara pengobatan yang paling umum adalah operasi, kemoterapi, terapi radiasi. Namun kini ada harapan baru dengan imunoterapi.

"Pengobatan kanker serviks tergantung dari stadiumnya. Kalau stadium masih dini, bisa dengan operasi, radiasi itu cukup," ujarnya.

Menurut dr Nadia, kanker stadium dini tentunya diharapkan bisa selesai dengan pengobatan sederhana tersebut. Namun, sudah stadium lebih lanjut apalagi stadium 4 atau stadium lanjut, pengobatannya tidak bisa selesai, tapi terus-menerus.

"Pasien kanker stadium 4 sel kanker tidak hilang tapi hanya tidur. Dijaga terus karena suatu waktu bisa bangun kembali," ujarnya.

Jika kekambuhan kanker serviks terdeteksi, pengobatan yang direkomendasikan biasanya ditentukan berdasarkan kombinasi beberapa faktor, termasuk pengobatan awal pasien, lokasi kekambuhan, dan kesehatan pasien secara keseluruhan. Dr Nadia mengungkapkan tiga atau empat tahun lalu, pengobatan kanker hanya sampai terapi target yang hasilnya tidak terlalu memuaskan.

Kini ada pengobatan sistemik terkini, yaitu imunoterapi. Imunoterapi telah memberikan pilihan baru untuk merawat pasien kanker serviks yang mengalami kekambuhan dan metastasis.

"Imunoterapi menjadi harapan baru untuk pasien yang terhadap kemoterapi tidak terlalu berespons baik," ujarnya.

Menurut dr Nadia, imunoterapi telah secara khusus menunjukkan aktivitas luas pada kanker serviks, dan memberikan harapan lebih lanjut untuk pilihan pengobatan baru dengan kemanjuran yang lebih besar dan profil keamanan yang dapat dikelola. Mulai tahun 2022, imunoterapi bagi pengobatan kanker serviks telah tersedia di Indonesia, khususnya bagi pasien yang didiagnosis dengan kanker serviks stadium lanjut.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler