Jangan Diabaikan, Ini Daftar Gejala Komplikasi Neuropati Diabetik
Kerusakan yang sudah terjadi akibat neuropati diabetik tak bisa diperbaiki.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lebih dari setengah pengidap diabetes akan mengalami komplikasi neuropati diabetik atau kerusakan saraf akibat diabetes. Agar komplikasi ini bisa ditemukan lebih dini, ada beberapa tanda dan gejala yang patut diwaspadai oleh diabetesi.
Neuropati diabetik cenderung terjadi secara perlahan. Semakin lama seseorang mengidap diabetes atau semakin sering kadar gula darah tidak terkontrol, semakin besar pula risiko mereka mengalami kerusakan saraf ini.
Pada pengidap diabetes, komplikasi neuropati diabetik tak hanya bisa memengaruhi kesehatan fisik, tetapi juga mental. Beberapa masalah kesehatan yang mungkin dipicu oleh neuropati diabetik adalah amputasi, depresi, dan gangguan tidur.
Di awal kemunculannya, neuropati diabetik mungkin tak menunjukkan gejala berarti. Namun, seiring waktu, komplikasi ini dapat memunculkan gejala yang lebih signifikan.
Menurut ahli neurologi dan asisten profesor dari University of Toledo College of Medicine and Life Sciences, dr Sabeena Malik, kerusakan saraf pada kasus neuropati diabetik umumnya dimulai dari area kaki. Berikut ini adalah beberapa gejala neuropati diabetik pada kaki yang perlu diwaspadai diabetesi, menurut dr Malik:
1. Gatal
2. Sensasi seperti tertusuk-tusuk jarum atau kebas pada kaki
3. Sensasi kesemutan pada kaki
4. Ada rasa seperti kaus kaki menumpuk di antara sela-sela jari kaki, meski tidak sedang mengenakan apa pun di kaki
5. Ada rasa seperti bengkak pada kaki atau betis, meski tak ada bengkak yang terlihat.
Tiap pengidap diabetes bisa merasakan gejala yang berbeda, tergantung tingkat keparahan komplikasi yang mereka alami. Ketika kerusakan saraf yang terjadi semakin buruk, beberapa gejala lain juga bisa bermunculan. Berikut ini adalah beberapa gejala tersebut:
1. Kaki terasa nyeri, ada sensasi terbakar, dan sensitif bila disentuh
2. Perasaan seperti akan pingsan dan kesulitan berjalan
3. Mati rasa
4. Lemah secara umum
5. Kehilangan otot
6. Peningkatan atau penurunan keringat
7. Kesulitan untuk mengosongkan kandung kemih atau kesulitan untuk menahan berkemih
8. Vagina kering
9. Disfungsi ereksi
10. Masalah pencernaan seperti kembung, rasa tak nyaman akibat mencerna makanan, mual dan muntah, diare, atau sembelit.
Pada pengidap diabetes, komplikasi neuropati diabetik bisa dibagi menjadi empat jenis. Keempat jenis tersebut adalah neuropati perifer, mononeuropati, neuropati otonom, dan neuropati proksimal.
Jenis yang paling umum terjadi adalah neuropati perifer. Neuropati perifer bisa terjadi pada kaki atau tangan. Kondisi ini bisa membuat penderita diabetes tak merasakan sakit meski area kaki atau tangan mereka terluka.
Jenis neuropati diabetik paling umum kedua adalah neuropati otonom. Jenis neuropati ini terjadi ketika sistem saraf otonom mengalami kerusakan. Bila mengenai saraf yang mengontrol kandung kemih misalnya, neuropati otonom bisa memicu terjadinya inkontinensia atau kesulitan menahan keinginan berkemih.
Sedangkan mononeuropati merupakan kondisi yang terjadi ketika kerusakan saraf mengenai satu saraf atau kelompok saraf yang spesifik. Kondisi ini bisa memunculkan rasa nyeri hebat dan pelemahan pada area yang terdampak.
Jenis lainnya, yaitu neuropati proksimal, dikenal pula sebagai amiotrofi diabetik. Kerusakan saraf ini lebih sering ditemukan pada pengidap diabetes tipe 2, berusia di atas 50 tahun, dan laki-laki.
Neuropati proksimal bisa menyebabkan rasa nyeri hebat yang tiba-tiba sekaligus pelemahan otot di area pinggul, paha, atau bokong. Seiring waktu, keluhan ini bisa menyebar ke dada, perut, dan tangan.
Penyebab dan Faktor Risiko
Hingga saat ini belum diketahui secara pasti apa yang memicu terjadinya neuropati diabetik. Akan tetapi, para ahli meyakini bahwa kerusakan saraf ini dipengaruhi oleh kadar gula darah yang terus-menerus tinggi untuk jangka waktu yang lama.
Kadar gula darah yang tinggi diyakini bisa menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah yang menyalurkan nutrisi ke berbagai saraf. Tanpa nutrisi yang mencukupi, saraf-saraf bisa mengalami kerusakan dan kematian.
Selain kadar gula darah yang tinggi, lamanya seseorang mengidap diabetes juga dapat memengaruhi risiko neuropati diabetik. Beberapa faktor risiko lain yang bisa berkontribusi adalah obesitas, usia lanjut, genetik, kebiasaan merokok, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan konsumsi alkohol.
Pengidap diabetes dianjurkan untuk segera memeriksakan diri ke dokter bila mengalami gejala-gejala neuropati diabetik. Bila ditemukan lebih dini, masalah neuropati diabetik bisa ditangani agar tak berkembang menjadi lebih berat. Akan tetapi, kerusakan yang sudah terjadi akibat neuropati diabetik tak bisa diperbaiki.
Penderita yang mengalami neuropati diabetik akan diberikan terapi sesuai dengan kondisi masing-masing. Terapi ini bisa berupa penggunaan obat hingga melakukan prosedur terapi fisik, seperti latihan kekuatan hingga terapi noninvasif menggunakan laser.
Pengidap diabetes juga sangat dianjurkan untuk memberikan perhatian lebih kepada kaki mereka. Beberapa upaya yang bisa dilakukan adalah mencuci kaki dengan air suam kuku setiap hari dan mengaplikasikan pelembap. Jangan lupa untuk mengecek keberadaan luka di area kaki setiap hari.
Hindari beraktivitas tanpa alas kaki. Gunakan kaus kaki dan sepatu tertutup yang nyaman ketika beraktivitas.
Hati-hati pula ketika sedang menggunting kuku kaki. Segera ke dokter bila menemukan ada luka atau infeksi pada area kaki.