Penyakit Menular Meningkat Seiring dengan Perubahan Iklim

Zoonosis dengan perantara vektor adalah salah satu penyakit akibat perubahan iklim.

Antara/Indrianto Eko Suwarso
Petugas melakukan pengasapan (fogging) guna pencegahan penyakit DBD. Demam berdarah merupakan penyakit zoonosis yang bisa marak terjadi akibat perubahan iklim.
Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Riset Rekayasa Genetika Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Ratih Asmana Ningrum mengatakan penyakit menular meningkat seiring dengan terjadinya perubahan iklim. Perubahan iklim sangat berdampak pada lingkungan.

"Perubahan iklim sehingga secara langsung mempengaruhi sektor kesehatan. Penelitian menunjukkan bahwa munculnya penyakit menular meningkat seiring dengan perubahan iklim," kata Ratih, Rabu (2/11/2022).

Penyakit-penyakit menular yang berkaitan dengan dampak perubahan iklim meliputi antara lain zika, malaria, demam berdarah, influenza, ebola dan Covid-19, serta utamanya adalah zoonosis, yang diperantarai vektor.

Namun, menurut Ratih, yang juga lebih berbahaya ke depan adalah penyakit infeksi yang baru. Ratih menuturkan berdasarkan literatur, ada 1,7 juta virus yang belum terungkap pada mamalia dan burung, dan 827.000 virus di antaranya dapat menginfeksi manusia.

Oleh karena itu, melindungi ekosistem dan keanekaragaman hayati menjadi krusial untuk mencegah penyakit bahkan pandemi di masa depan.

"Fungsi ekosistem mirip dengan tubuh manusia. Ketika mereka sehat, mereka lebih tahan terhadap penyakit. Tetapi ketika hutan dan ekosistem alami lainnya rusak, maka satwa liar dipaksa untuk melakukan kontak lebih dekat dengan hewan ternak dan manusia. Ini menciptakan kondisi bagi penyakit untuk menyebar cepat," ujarnya.

Ratih mengatakan penyebab timbulnya perubahan iklim menjadi penyebab timbulnya penyakit, terutama penyakit infeksi. Sehingga, munculnya penyakit infeksi dan bahkan pandemi sepenuhnya didorong oleh aktivitas manusia.

Menurut dia, perubahan cara manusia menggunakan lahan, produksi dan konsumsi yang mengganggu alam dapat mengganggu ekosistem dan meningkatkan kontak antara satwa liar, ternak, patogen, dan manusia sehingga timbul penyebaran penyakit. Kontak tersebut memungkinkan patogen untuk menyeberang antar spesies dan menyebar dengan cepat.

Ratih menuturkan konsep one health harus direalisasikan di mana ketika lingkungan dan hewan sekitar manusia sehat, maka manusia juga sehat. Selain itu, kesiapsiagaan melawan penyakit dan bahkan pandemi juga penting untuk menyelamatkan kehidupan di masa depan.

"Yang bisa dilakukan adalah bagaimana menjaga ekosistem bersama. Upaya ini penting dilakukan dan melibatkan banyak pihak, mulai dari tingkat paling bawah, yaitu keluarga sampai tingkat global," tuturnya.



Baca Juga


sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler