Korban Tewas Tragedi Itaewon Dimakamkan

Beberapa keluarga tak mengetahui bahwa anak-anak mereka berada di Itaewon pada Sabtu.

AP Photo/Lee Jin-man
Petugas penyelamat, petugas pemadam kebakaran dan polisi terlihat di jalan dekat tempat kejadian di Seoul, Korea Selatan, 30 Oktober 2022. Pesta Halloween di Seoul telah menyebabkan curahan simpati publik terhadap 150 orang yang tewas, tetapi ada juga yang kuat tingkat rasa malu dan kemarahan warga terhadap negara yang mereka sebut masih mengabaikan masalah keamanan dan regulasi.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, "Ayah, aku akan keluar" 

Baca Juga


Itu adalah kata-kata terakhir yang didengar oleh Jung Hae-moon dari putrinya pada Sabtu (29/10/2022) ketika perayaan Helloween di Itaewon, Korea Selatan berakhir tragis. Beberapa jam kemudian, putri Jung Hae-moon yang bernama Jung Joo-hee (30 tahun) termasuk di antara 156 korban tewas dalam tragedi Halloween di Itaewon.

Pada Kamis (3/11/2022), keluarga Jung menguburkan abu Jung Joo-hee di sebuah lahan pemakaman keluarga di luar Seoul. Sebuah pohon muda dan karangan bunga berada di dekat batu nisan Jung Joo-hee.

"Istirahatlah. Ibu dan ayah akan datang menemuimu," kata Jung Hae-moon saat keluarga itu berdiri, di depan nisan putri mereka bersama dengan anjing pudel peliharaan putrinya.

Ketika berita tentang bencana itu terungkap pada Sabtu, Jung Hae-moon bergegas menuju ke Itaewon. Di distrik itu, dia melihat ada kekacauan ketika anak-anak muda yang putus asa berseliweran dengan kostum Halloween  dan barisan ambulans mengevakuasi korban. Lebih dari 12 jam kemudian, dia menemukan Joo-hee di kamar mayat sudah tak bernyawa. Jasad Joo-hee bengkak dan memar.

Orang-orang menempatkan bunga untuk memberi penghormatan kepada korban gelombang kerumunan mematikan yang menewaskan lebih dari 150 orang di lingkungan Itaewon selama perayaan Halloween Sabtu malam, di area peletakan bunga darurat yang didirikan di dekat lokasi kecelakaan di Seoul, Korea Selatan, Kamis, 3 November 2022. - (AP Photo/Ahn Young-joon)

Ia mengatakan putrinya menyenangkan, sahabat yang mencintai binatang dan anggur. "Ruang yang dia tinggalkan terlalu besar. Tempat yang dia tinggalkan dalam keluarga terlalu banyak, sehingga ada kekosongan," kata Ibu Joo-hee, Lee Hyo-sook kepada Reuters setelah pemakaman. 

Lee berbicara di sebuah kafe yang dikelola Joo-hee. Kafe itu ditutup dengan tanda hitam bertuliskan: "Sedang Berkabung."  

Kesedihan keluarga Joo-hee dirasakan oleh semua 156 keluarga yang berduka saat orang yang mereka cintai ditempatkan di peti mati untuk dilihat  terakhir kalinya sebelum dikubur atau dikremasi. Dari 156 orang yang tewas, 101 adalah perempuan.

Seorang ayah lainnya yang berduka adalah Song Jae-woong. Song mengatakan putrinya, Young-ju (24 tahun) memiliki jiwa yang lembut dan sangat supel. Lebih dari 200 teman sekolah Young-ju datang ke pemakamannya.

"Young-ju bermimpi menjadi seorang aktris. Lalu, semuanya menjadi seperti ini. Teman-temannya memberi tahu saya bahwa putri saya berteman dengan siapa pun. Dia memiliki jiwa yang baik. Semuanya sudah berakhir sekarang," kata Song.

Beberapa keluarga tidak mengetahui bahwa anak-anak mereka berada di Itaewon pada Sabtu malam untuk menghadiri perayaan Halloween. Salah satunya adalah ayah dari seorang korban yang diidentifikasi sebagai Lim.

"Saya tidak tahu dia ada di sana. Tidak mungkin ini terjadi, saya tidak percaya," kata ayah Lim di rumah duka saat dia dan keluarganya menghadiri upacara pemakaman.

 

Sang ayah meminta agar dia dan putrinya diidentifikasi hanya dengan nama keluarga mereka, Lim. Ayah Lim tinggal di luar negeri. Selama pandemi Covid-19 tidak bertemu putrinya karena pembatasan perjalanan. Dia pertama kali mendengar tentang bencana itu dari kenalannya. Dia tidak mengetahui bahwa putrinya terperangkap dalam kerumuman itu.

"Dia sangat kreatif dan cantik," kata ayah Lim.

Ayah Lim menambahkan, dia dan putrinya sering berjalan-jalan di Itaewon.  Dia biasa memarkir mobil di Hotel Hamilton, yang berada di sebelah gang tempat Lim meninggal.

Sebagian besar orang tua merasakan kemarahan bercampur dengan kesedihan. Mereka bertanya-tanya mengapa anak-anak mereka mementingkan perayaan Halloween. Bagi sebagian besar orang tua yang memegang nilai-nilai tradisional, perayaan Halloween ini sangat asing.

Tetapi pertanyaan terbesar di benak para orang tua yang kehilangan anaknya adalah mengapa tidak ada langkah-langkah keamanan yang diberlakukan untuk mengendalikan kerumunan.

"Saya sangat marah. Ini keterlaluan. Karena dalam situasi darurat apa pun, negara harus melindungi rakyatnya dan menjaga mereka tetap aman," kata Lee, ibu dari Joo-hee.

Badan Kepolisian Nasional Korea Selatan pada Rabu (2/11/2022) melakukan pemeriksaan kantor polisi di Ibu Kota, Seoul, dan kantor distrik Kota Yongsan untuk menyelidiki apakah kelalaian pejabat berkontribusi pada tragedi Itaewon.

Seorang pria membungkuk untuk memberi penghormatan kepada korban kecelakaan maut setelah perayaan Halloween Sabtu malam di sebuah jalan dekat tempat kejadian di Seoul, Korea Selatan, Selasa, 1 November 2022. Polisi Korea Selatan menyelidiki pada hari Senin apa yang menyebabkan lonjakan massa yang menewaskan lebih dari 150 orang selama perayaan Halloween di Seoul dalam bencana terburuk negara itu dalam beberapa tahun. - (AP Photo/Ahn Young-joon)

Pemeriksaan itu terjadi sehari setelah Badan Kepolisian Nasional mengakui bahwa polisi Seoul gagal bertindak. Kantor polisi Seoul menerima setidaknya 11 panggilan darurat dari pejalan kaki yang memperingatkan tentang padatnya kerumunan orang-orang yang mulai tidak terkendali menjelang terjadinya tragedi pada Sabtu (29/10/2022) di sebuah gang sempit di dekat Hotel Hamilton.

Badan nasional mengatakan, anggota unit investigasi khusus sedang mengambil dokumen dan bahan lainnya dari Badan Kepolisian Metropolitan Seoul dan kantor polisi Yongsan, termasuk kantor distrik, pemadam kebakaran dan kantor lainnya.  Pejabat lokal dan polisi menghadapi pertanyaan tajam tentang mengapa mereka tidak menggunakan kontrol massa atau mengerahkan personel yang memadai di Itaewon, untuk mengantisipasi kerumunan. Diperkirakan 100.000 orang memadati Itaewon, untuk merayakan Halloween setelah pemerintah mencabut pembatasan Covid-19.

Kepala Polisi Nasional, Yoon Hee-keun mengakui, penyelidikan awal menemukan bahwa petugas polisi gagal  menangani panggilan darurat. Yoon mengatakan, polisi telah meluncurkan penyelidikan internal terkait penanganan petugas atas panggilan darurat, termasuk respons di tempat terhadap lonjakan massa di Itaewon malam itu.

Badan Kepolisian Nasional juga merilis transkrip dari 11 panggilan yang masuk ke hotline darurat 112 oleh pejalan kaki di Itaewon pada Sabtu. Panggilan pertama dilakukan sekitar pukul 18:30 waktu setempat atau sekitar empat jam sebelum kerumunan orang-orang yang berdesakan di sebuah gang di dekat Hotel Hamilton mulai tidak terkendali. 

Penelepon yang berada di depan sebuah toserba di gang yang sama memohon kepada polisi untuk datang dan mengendalikan kerumunan. Karena di gang yang curam itu sudah dipadati massa.

"Orang-orang tidak bisa turun tetapi (orang) juga saling mendorong dan saya pikir (mereka) bisa terlindas sampai mati," kata si penelepon.

 

Menteri dalam negeri dan kepala kantor darurat Korea Selatan, termasik walikota Seoul dan kepala kantor daerah Yongsan telah menyampaikan permintaan maaf kepada publik. Hingga Rabu (2/11/2022), sebanyak 156 orang dipastikan tewas dan 157 dirawat karena luka-luka setelah mereka terinjak dalam kerumunan massa yang berpusat di gang sempit,  yang membentang antara hotel dan deretan etalase toko yang padat.

sumber : Reuters/AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler