MPR: Presidensi G20 Upaya Indonesia Ciptakan Perdamaian Dunia Dicatat Sejarah
G20 di Bali menjadi penting karena akan dihadiri pemimpin dunia
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua MPR Ahmad Muzani mengatakan, gelaran G20 di Bali akan menjadi sejarah bagi Indonesia sebagai ujung tombak guna menciptakan perdamaian dunia. Di mana, kini dunia saat ini dalam ketidakpastian. Ancaman resesi, krisis pangan dan energi, bahkan ancaman perang dunia ketiga menjadi nyata.
"Itu sebabnya G20 di Bali menjadi penting karena akan dihadiri para pemimpin dunia seperti presiden AS Joe Biden, Presiden Cina Xi Jinping, Presiden Rusia Putin, dan Presiden Ukraina Zelensky. Kalau tokoh-tokoh itu datang di Bali, maka peran Indoesia dalam mempersatukan dan menyelamatkan dunia dari ancaman perang akan dicatat sejarah," ujar Muzani dalam siaran pers, Kamis (3/11/2022).
Hal itu dia sampaikan saat kegiatan Sosialisasi IV Pilar Kebangsaan bersama Pengurus Wilayah Muslimat NU DKI Jakarta di Hotel Acacia, Jakarta. Pada kesempatan itu dia mengatakan, akibat dari perang Ukraina dan Rusia, harga-harga barang, BBM, kebutuhan pokok dan lainnya mengalami kenaikan.
Sementara itu, ketegangan juga terjadi antara Taiwan dan China, Korut dan Korsel. Muzani mengatakan, hal itu merupakan sesuatu yang harus dapat dicegah. Itu sebabnya, kata dia, Presiden Jokowi meminta Menteri Pertahanan Prabowo Subianto untuk melakukan diplomasi pertahanan.
"Kedatangan Pak Prabowo ke Amerika Serikat, ke negara-negara Timur Tengah dan Eropa tujuannya untuk mencegah terjadinya perang dunia ketiga dan meredam ketegangan antara negara-negara yang berpotensi konflik," jelas dia.
Dalam kegiatan Sosialisasi IV Pilar Kebangsaan bersama Pengurus Wilayah Muslimat NU DKI Jakarta itu, turut hadir Ketua PW Muslimat NU, Hizbiyah Rochim, dan anggota MPR/DPR Fraksi Gerindra, Himmatul Aliyah. Dalam sambutannya Muzani menceritakan pengalamannya pada Hari Santri 22 Oktober 2021 berziarah ke makam KH Abdul Wahab Hasbullah, salah satu kyai pendiri NU bersama KH Hasyim Asy'ari.
Menurut Muzani, KH Abdul Wahab Hasbullah dan KH Hasyim Asy'ari adalah ulama besar NU yang memiliki pemikiran visioner melebihi sikap dan keputusan pemerintahan ketika itu.
"Di dalam banyak pendapat dan pikiran Kyai Wahab Hasbullah tentang kebangsaan itu jauh mendahului dari kepentingan dan keputusan pemerintahan pada saat itu. Sebagai contoh bahwa Pancasila merupakan hasil daripada gagasan dari para pendiri bangsa bersama ulama,\" kata Muzani.
Dia mengatakan, karena merasa Pancasila adalah warisan para ulama, itu sebabnya NU selalu ingin menjaga warisan tersebut. Apalagi di dalam negara Pancsila kebebasan menjalankan perintah agama tidak ada hambatan. Sehingga, menurut dia, banyak kyai berpandangan bahwa menjaga NKRI hukumnya wajib.
Di hadapan Ketua Muslimat NU DKI Jakarta, Muzani juga menegaskan bahwa NU adalah organisasi yang memiliki komitmen untuk menjaga persatuan dan kesatuan. Menurut dia, para kyai dan nyai NU itu diminta atau tidak diminta selalu hadir memberikan ketenangan kepada rakyat, ketenangan bagi umat, dan menyatukan negara bangsa yang multi etnis, bahasa, budaya, serta agama."Itu sebabnya pemikiran KH Wahab Hasbullah masih sangat relevan sampai hari ini," jelas Sekjen Gerindra itu.