Kemenangan Netanyahu Tuai Kekhawatiran Warga Palestina
Hal ini dipercaya akan meningkatkan ketegangan di kawasan secara keseluruhan.
REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Kemenangan Benjamin Netanyahu dalam pemilihan Israel menuai reaksi dari warga Palestina. Aliansi antara Partai Likud Benjamin Netanyahu dan partai sayap kanan agama Zionisme memenangkan suara mayoritas dan ditetapkan untuk membentuk pemerintahan Israel berikutnya.
Partai sayap kanan Israel terus mendominasi Knesset Israel, dengan kehadiran pasukan Zionis religius yang semakin kuat. Sementara itu, faksi-faksi politik dan militer Palestina dengan suara bulat menyatakan kekhawatirannya atas hasil pemilu tersebut.
Juru bicara Front Demokratik untuk Pembebasan Palestina - DFLP, Saleh Nasser, mengatakan pemilihan Israel ini menunjukkan kembalinya ekstrem kanan Israel, yang sangat dikenal oleh rakyat Palestina.
"Ini adalah kepemimpinan yang memusuhi hak-hak rakyat kami. Sudah waktunya untuk mengatur kembali rumah internal Palestina, serta mempersiapkan diri atas tindakan agresif yang akan datang oleh pemerintah Israel yang baru terhadap warga Palestina," ujar dia dikutip di The New Arab, Jumat (4/11/2022).
Di sisi lain, juru bicara Fatah selaku faksi terkemuka Otoritas Palestina Munther Al-Hayek menyebut Palestina seolah berada di depan gelombang agresi baru. Hal ini dipercaya akan meningkatkan ketegangan di kawasan secara keseluruhan.
“Tindakan perlawanan harus meningkat, sekaligus upaya untuk menyatukan posisi Palestina melalui pencapaian persatuan nasional yang nyata,” lanjutnya.
Tak berhenti di situ, juru bicara Hamas selaku gerakan Islam Palestina dan saingan utama Fatah PA Hazem Qassem juga turut buka suara atas pemilihan ini. Ia menyebut hasil pemilihan Israel menunjukkan masyarakat Zionis sedang menuju fasisme yang lebih ditujukan terhadap rakyat Palestina.
"Kepemimpinan Palestina tidak boleh menaruh harapan pada hasil dari hasil ini," kata dia.
Tak hanya dari kelompok elite, warga Palestina di berbagai platform media sosial juga turut mengomentari hasil pemilihan Israel. Mereka menekankan dampaknya terhadap politik dan kehidupan sehari-hari Palestina.
“Pasukan patriotik yang memilih menurunkan harapan politiknya untuk memasuki Knesset telah kehilangan banyak kekuatan mereka,” kata Muhannad Abu Ghosh, seorang warga Palestina dari Haifa, di halaman Facebook-nya. Unggahan tersebut ia tujukan pada partai-partai Palestina di Israel yang ambil bagian dalam pemilihan.
Lebih lanjut, ia menulis kelompok tersebut tidak kalah dalam mendukung Ben Gvir seperti yang mereka katakan, merujuk pada sekutu ekstremis sayap kanan Netanyahu. Mereka malah disebut kehilangan orang-orang yang tidak lagi percaya pada moralitas yang membungkuk demi kepentingan sehari-hari. Hal ini merujuk pada warga Palestina Israel yang merupakan pemilih yang memenuhi syarat namun memilih untuk abstain.
“Tidak benar untuk mengatakan pemerintah Israel dulu dan sekarang adalah hal yang sama. Ada perbedaan antara dia yang membunuhmu dan kemudian membuka penyelidikan dan dia yang baru saja membunuhmu,” tulis warga Palestina lainnya dari Haifa, Razi Nabulse.
Di jalan-jalan Tepi Barat yang diduduki, orang-orang Palestina skeptis terhadap kemungkinan perubahan kebijakan kolonial brutal Israel, terlepas dari partai Israel mana yang berkuasa di Knesset.
"Tidak ada perbedaan antara pemerintah yang membunuh kami sambil meneriakkan slogan-slogan rasialis, maupun pemerintah lain yang membunuh kami meneriakkan slogan-slogan perdamaian," kata seorang insinyur lulusan Palestina dari Ramallah, Ahmed Salahat.
Pemilihan Israel kal ini merupakan yang kelima, berlangsung di bawah empat tahun. Kemenangan Netanyahu dan kembalinya dia memimpin pemerintah Israel diperkirakan akan mengakhiri kebuntuan politik yang belum pernah terjadi sebelumnya.