Aman: Gerakan Ulama Perempuan di Indonesia Menjadi Contoh Bagi Dunia

Para ulama perempuan di Indonesia lakukan advokasi lawan kekerasan seksual

Yusran Uccang/Antara
Muslimah tutup mulut (ilustrasi). Para ulama perempuan di Indonesia lakukan advokasi lawan kekerasan seksual
Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Asian Muslim Action Network (AMAN) menyebutkan gerakan ulama perempuan di Indonesia yang masuk ke dalam diskursus parlemen bicara tentang advokasi untuk perlindungan terhadap korban kekerasan seksual menjadi contoh bagi dunia.

Baca Juga


Direktur AMAN Indonesia, Ruby Kholifah, mengatakan kisah sukses yang dilakukan oleh Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) melalui advokasi peningkatan usia menikah dan mendorong pengesahan RUU Tindak Pidana Kekerasan Seksual adalah sesuatu yang unik dan mungkin belum banyak terjadi di negara lain.

"Biasanya kalau saya temui di banyak negara, kalau bicara tentang ulama itu sudah terisolasi di dalam konteks cuma membicarakan kitab dan mengajarkan AlQuran saja," kata Ruby di Jakarta, Kamis (10/11/2022).

"Tapi Indonesia ini memberikan contoh yang sangat baik bagaimana pemikiran baru dan tafsir baru itu secara kolektif didorong dalam ranah advokasi dan itu terjadi pertemuan antara gerakan sosial, gerakan perempuan, dan gerakan keulamaan perempuan," katanya.

Menurut dia, kemunculan gerakan KUPI membuat Indonesia dipandang lebih maju dalam hal memproduksi tafsir ramah perempuan dan mempopulerkan pandangan keagamaan adil gender di akar rumput.

Ruby menuturkan gerakan ulama perempuan Indonesia itulah yang mesti dibagikan kepada internasional agar mereka bisa mengikuti jejak-jejak dari Indonesia untuk mendorong gerakan keulamaan di negara mereka masing-masing.

Pada 23 November 2022, Kongres Ulama Perempuan Indonesia bakal menggelar konferensi internasional di Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, Jawa Tengah.

Dalam konferensi internasional tersebut, para ulama perempuan dari 29 negara bersama para ulama perempuan Indonesia memetakan perjuangan yang dialami para ulama di negaranya masing-masing.

Terdapat 32 orang pembicara dari 18 negara yang akan memperkaya diskusi di konferensi internasional tersebut, di antaranya Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura, Turki, India, Afrika Selatan, Kanada, Amerika Serikat, Inggris, Finlandia, Libia, Irak, Burundi, dan Kenya.

Mereka akan berbicara dalam plenary kerangka berpikir keulamaan perempuan, masa depan umat Islam dalam perkembangan positif kesetaraan gender, serta prestasi dan kesenjangan gerakan Muslimah di seluruh dunia.    

 

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler