AS Klaim PM China tak Setuju Rusia Gunakan Ancaman Nuklir
AS sebut China tidak nyaman dengan retorika nuklir yang dilakukan Rusia
REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Perdana Menteri China Li Keqiang menekankan sikap tidak bertanggung jawab atas ancaman nuklir yang didengungkan Rusia. Protes ini, menurut laporan pejabat senior Amerika Serikat (AS), memperlihatkan tanggapan Beijing yang tidak nyaman dengan retorika nuklir yang dilakukan Rusia.
Li berpartisipasi dalam East Asia Summit pada Ahad (13/11/2022), bersama dengan Presiden AS Joe Biden. Menurut pejabat senior pemerintah AS yang memberi pengarahan kepada wartawan menjelang pertemuan puncak antara Biden dan Presiden China Xi Jinping pada Senin (14/11/2022), perdana Menteri China ini berbicara cukup luas tentang kebijakan China terhadap Ukraina.
"Li memberikan penekanan yang jelas pada kedaulatan, pada ancaman nuklir yang tidak bertanggung jawab, kebutuhan untuk memastikan bahwa senjata nuklir tidak digunakan dengan cara yang disarankan beberapa orang," kata pejabat itu yang berbicara tanpa menyebut nama.
Barat menuduh Rusia membuat pernyataan yang tidak bertanggung jawab tentang kemungkinan penggunaan senjata nuklir sejak invasi ke Ukraina pada Februari. Moskow pada gilirannya menuduh Barat melakukan retorika nuklir yang provokatif.
Pejabat AS itu mengatakan, tidak dapat disangkal ada beberapa ketidaknyamanan di Beijing yang terasa oleh Washington dalam hal retorika dan aktivitas sembrono di pihak Moskow. Meskipun China saat ini masih ada kemitraan formal dengan Rusia.
“Saya pikir juga tidak dapat disangkal bahwa China mungkin terkejut dan bahkan sedikit malu dengan tindakan operasi militer Rusia,” kata pejabat itu.
Biden pada pertemuan akhir pekan di Kamboja mengatakan, AS akan bersaing keras dengan China sambil menjaga jalur komunikasi tetap terbuka untuk mencegah konflik. Biden dan Xi akan bertemu langsung untuk pertama kalinya sejak Biden menjabat awal tahun lalu pada Senin.
Perdana Menteri Li diperkirakan akan diganti tahun depan. Pejabat AS tersebut mengatakan, Washington yakin Xi akan membawa beberapa wajah baru ke pertemuan dengan Biden pada konferensi G20 di Bali.