Menelusuri Taman di Dunia Islam
Salah satu yang mencolok dari taman Islam adalah pemanfaatan kolam.
REPUBLIKA.CO.ID, Kebun atau taman Islam mulai dari India hingga Maroko menarik minat arsitek, sejarawan, dan musafir sejak abad kelima belas. Banyak pula pemaparan mengenai perkembangan taman Islam itu. Salah satu yang mencolok dari taman Islam adalah pemanfaatan kolam.
Kolam menjadi elemen reflektif yang mencerminkan paviliun di dekatnya. Sering, air dialirkan dari satu kolam ke kolam lainnya melalui saluran kecil di sisi jalan, selokan, dan jalan yang secara bersama-sama melukiskan bagan geometris taman. Meski taman Islam berdaya tarik universal, dokumentasinya cenderung deskriptif daripada analitis.
Akibatnya, masalah mendasar mengenai tipologi taman dan maknanya belum terurai tuntas. Contohnya, muncul perdebatan di kalangan sarjana abad kedua puluh soal asal usul taman Islam. Hal ini diperumit oleh faktor historiografis atas sejarah modern tertentu.
Sumber informasi sejarah terangkum dalam bahasa Arab, Turki, Persia, Prancis, Jerman, dan Spanyol. Banyak pembaca bergantung pada terjemahan orientalis. Menurut Ensiklopedi Oxford, Dunia Islam Modern, sejumlah sumber utama sudah diterjemahkan, tetapi berkualitas rendah. Banyak juga yang belum diterjemahkan.
Hal lain yang menjadi masalah, fokus penggalian tempat bersejarah hanya sisa-sisa peninggalan arsitektural yang mengesampingkan kesempatan menggali taman. Sejumlah penelitian belakangan ini akhirnya paling tidak membuat lebih terang mengenai asal usul taman Islam.
Sejumlah sarjana mengidentifikasikan keberadaan dua tipe taman, yaitu linier dan lintas aksial. George Marcias (1960) menulis, pertamanan dimulai di Iran sebelum kelahiran Islam. Menurut dia, ada dua tipe taman. Pertama adalah taman halaman berdinding dan taman terbuka.
Sementara itu, David Stronach (1994) mengidentifikasi Istana Cyrus Agung di Pasargadae, Persia, yang rupanya taman lintas aksial paling awal. Berdasarkan bukti yang digali di wilayah itu, bisa dirunut bahwa bagan taman segi empat Persia berasal dari abad ke-6 SM.
Tilo Ulbert yang bekerja di Kota Byzantium- Islam Rusafa, Suriah, menggali taman Islam paling awal dengan bagan lintas aksial. Taman ini berupa tanah berdinding bata dengan sungai kecil musiman. Di tengahnya terdapat paviliun persegi empat di atas alas atau blok persegi dengan jalan-jalan aksial ke empat arah utama.
Di antara banyak temuan taman Romawi yang digali dan dikaji, sebuah taman diketahui mempunyai bagan lintas aksial. Kedua tipe taman, yaitu lintas aksial dan linier, berkembangan di dunia Islam. Tipe lintas aksial banyak ditemukan di Maroko dan Barat, sedangkan linier dijumpai di taman-taman berjenjang di Kashmir.
Kedua bentuk itu sekarang digunakan oleh perancang taman kontemporer di seluruh dunia Islam. Deskripsi taman Islam banyak ditemukan dalam sumber-sumber sejarah. Deskripsi awal kerap dijumpai dalam tulisan ahli geografi Arab bernama Ibnu Hauqal pada paro kedua abad kesepuluh.