Jangan Asal Minum Antibiotik, Dokter Bagikan Cara yang Benar
Dokter imbau pasien agar minum antibiotik dengan bijak.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis mikrobiologi dari Rumah Sakit Pusat Pertamina dr Jihan Samira, MPdKed, SpMK, membagikan sejumlah kiat atau tips untuk mengonsumsi antibiotik secara bijak. "Saya akan memberikan tips bagaimana untuk mengonsumsi antibiotik dengan bijak. Yang pertama adalah minum antibiotik sesuai dengan yang diresepkan oleh dokter Anda," kata Jihan dalam bincang virtual melalui Instagram diikuti di Jakarta, Rabu (16/11/2022).
Dalam pemberian antibiotik, dia menjelaskan, dokter akan mempertimbangkan berbagai kondisi pasien seperti tingkat keparahan infeksi, kondisi organ tubuh, jenis atau sediaan antibiotik, riwayat alergi, serta kondisi terkini misalnya apakah pasien tengah hamil atau menyusui. Menurut Jihan, ada beberapa antibiotik yang diperbolehkan untuk dikonsumsi ibu hamil dan menyusui.
Namun, ada pula yang tidak diperbolehkan. Terkait ketentuan usia, dia mengatakan bahwa sebenarnya tidak ada batasan batasan usia hanya saja penggunaan antibiotik akan disesuaikan berdasarkan usia pasien.
"Antibiotik yang diberikan itu tentunya haruslah tepat dosisnya, tepat cara memakainya, dan antibiotiknya yang sesuai," ujar dia.
Kiat berikutnya yaitu sebaiknya jangan melewatkan dosis minum antibiotik yang telah dianjurkan oleh dokter. Namun, jika suatu waktu lupa dan terlewat dari jadwal, maka antibiotik tetap dikonsumsi di waktu selanjutnya. Usahakan konsumsi antibiotik sesuai dengan waktu yang dianjurkan misalnya per 8 jam, per 12 jam, atau per 24 jam.
Jika antibiotik yang diberikan sudah disesuaikan dosis, takaran, dan waktu, maka apabila terdapat sisa sebaiknya tidak perlu dihabiskan dan dibuang agar tidak digunakan di kemudian hari.
Selanjutnya, Jihan mengingatkan bahwa antibiotik yang dikonsumsi memang untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri dan bukan karena infeksi virus ataupun infeksi jamur.
Dia juga mengingatkan jika seseorang mengalami demam maka belum tentu kondisi perubahan suhu itu disebabkan oleh infeksi bakteri sehingga tidak semua orang yang demam diperbolehkan mengonsumsi antibiotik. Kemudian kiat bijak lainnya, sebaiknya jangan menyimpan antibiotik untuk diminum jika sakit di kemudian hari dan jangan meminum antibiotik yang diresepkan untuk orang lain.
"Tentunya antibiotik yang diberikan itu haruslah disesuaikan caranya, dosisnya, dan juga lama waktunya. Jadi kalau kita mau memberikan takaran dan dosis yang tidak sesuai, antibiotik tersebut juga tidak akan bekerja dengan baik, justru nanti akan menimbulkan resisten," kata Jihan.
Resistensi merupakan suatu kondisi kekebalan terhadap efektivitas antibiotik sehingga obat tersebut sudah tidak mampu lagi untuk membunuh suatu bakteri. Menurut Jihan, resistensi antibiotik juga dapat disebabkan karena penggunaan yang salah dan dosis pemberian yang kurang tepat atau sering menggunakan antibiotik.