Pemprov Jabar Siapkan Subsidi BLT untuk Pekerja di PHK Karena Resesi

BLT direncanakan disalurkan saat ada pengumuman resmi kondisi kedaruratan.

Antara
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.
Rep: Arie Lukihardianti Red: Agus Yulianto

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyebutkan, Pemprov Jabar akan memberikan subsidi Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada pekerja yang terkena pemutusan hubungan kerja oleh perusahaan yang terdampak langsung resesi tahun 2023. 


"Kepada yang terdampak langsung, kena PHK oleh perusahaan yang perdagangannya global karena pesanan turun, pabrik kurangi produksi. Nah, nanti ada Bantuan Langsung Tunai (BLT)," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil, Kamis (17/11). 

Emil mengatakan, pekerja yang berpotensi terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) mayoritas yang bekerja di sektor padat karya, seperti perusahaan tekstil yang perdagangannya global. 

Karena, kata dia, saat resesi melanda global, pesanan barang akan menurun, sehingga pabrik mengurangi jumlah produksi yang dampaknya pada pengurangan karyawan. "Yang terdampak biasanya yang berhubungan dengan padat karya, tekstil dan lainnya," katanya.

Menurutnya, BLT direncanakan disalurkan saat ada pengumuman resmi kondisi kedaruratan. Pemprov Jabar, sudah mengalokasikan untuk BLT ini dari anggaran Biaya Tak Terduga dan Dana Transfer Umum sebesar dua persen. 

"BLT ini sesuai dengan kondisi saat ada pengumuman kondisi kedaruratan, anggarannya dari BTT (Biaya Tak Terduga) dan Dana Transfer Umum dua persen sudah dialokasikan," katanya. 

Indonesia diprediksi akan mengalami resesi ekonomi di tahun 2023. Akan tetapi, tidak terlalu signifikan karena pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tetap terjaga. 

Menurutnya, mayoritas ekonom dunia yang dimintai pendapat menyatakan, Indonesia tak akan mengalami resesi terlalu besar. Negara-negara di zona Asia relatif lebih kecil terkena resesi dibandingkan dengan negara di luar zona Asia. 

"Diprediksi tahun depan terjadi resesi, khsususnya negara di luar zona Asia. Zona Asia relatif tak akan terlalu terkena resesi. Dari 100 persen ekonom dunia yang dimintai pendapat pun 90 persennya menyatakan, Indonesia tak akan terdampak terlalu besar," kata Emil. 

Emil melanjutkan, selain pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih tumbuh positif, kesenjangan dengan angka inflasi pun tidak terlalu jauh. Artinya, kenaikan harga masih terkendali. 

"Pertumbuhan ekonomi kita masih positif, gap dengan inflasi juga tidak terlalu jauh, artinya kenaikan harga masih terkendali," katanya. 

Begitu pula di Jabar, pertumbuhan ekonomi di kuartal III tahun ini hampir menyentuh 6 persen. Menurut Emil, meningkatnya inflasi lebih karena dipengaruhi oleh harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Sedangkan harga sembako di pasar-pasar tradisional di Jabar masih terkendali. 

"Jabar juga mewakili, kita tumbuh tertinggi di kuartal III hampir 6 persen pertumbuhan ekonominya. Inflasi tinggi lebih karena BBM, bukan sembako," katanya.

Emil berpesan kepada masyarakat yang tidak terdampak langsung resesi agar bela negara dengan sering berbelanja produk lokal dan UMKM. Hal ini agar pertumbuhan ekonomi dapat terus terjaga melalui tingginya daya beli masyarakat. 

"Saya mengajak warga Jabar yang tidak terdampak langsung oleh perdagangan global untuk bela negara dengan belanja produk lokal sebanyak-banyaknya dan piknik seluas-luasnya. Bagi yang terdampak nanti kita kasih subsidi BLT," kata Emil. 

Dia menyampaikan, pula arah ekonomi Jabar tahun 2023 akan tetap fokus pada pembangunan infrastruktur dan penguatan UMKM. "Tahun depan arah ekonomi Jabar tak ada perubahan, di antaranya tetap  spending di infrastruktur, dan penguatan UMKM," kata Emil. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
 
Berita Terpopuler