Waspada 4 Penyakit Menular Pascagempa

Ada 6 langkah yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya penularan penyakit.

ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Sejumlah warga berada di depan rumah yang rusak pasca gempa bumi di Kampung Selakawung, Kecamatan Cilaku, Kabupaten Cianjur, Selasa (22/11/2022). Berdasarkan data dari BPBD Kabupaten Cianjur hingga Senin (21/11/2022) pukul 20.00 WIB jumlah bangunan dan rumah rusak akibat gempa bumi mencapai 2.345 unit serta 13.784 orang mengungsi. Republika/Abdan Syakura
Rep: Dian Fath Risalah Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandung mengungkapkan, gempa susulan yang terjadi di wilayah Kabupaten Cianjur terjadi 117 kali hingga pukul 06.00 WIB, Selasa (22/11/2022). Ratusan orang meninggal dunia akibat gempa magnitudo 5,6 di Cianjur, Senin (21/11/2022).

Baca Juga


 

 

 

 

 

Ratusan warga Kabupaten Cianjur juga terpaksa tidur di ruang terbuka dan tenda-tenda pengungsian pada Selasa (22/11/2022) dini hari. Hal itu dilakukan karena mereka khawatir dengan gempa susulan.

 

 

 

 

 

Guru Besar Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan pascagempa biasanya akan ada potensi penyakit menular. Setidaknya ada empat jenis kemungkinan merebaknya penyakit menular.

 

 

 

 

 

"Pertama penyakit yang ditularkan melalui air (water-borne disease), kedua penyakit menular lewat makanan (foodborne disease), ketiga penyakit paru dan pernapasan dan keempat penyakit yang menular melalui kontak langsung antar manusia," ujar Tjandra dalam pesan singkatnya, Selasa (22/11/2022).

 

 

 

 

 

Untuk mengantisipasi penularan penyakit, terdapat 6 langkah kesehatan yang perlu dilakukan pada saat bencana seperti gempa ini. Pertama adalah penilaian cepat apa yang dibutuhkan segera.

Kedua, mengevaluasi apa sumber daya yang tersedia dibandingkan dengan kebutuhan yang diperlukan. "Dalam hal ini pengaturan pelayanan di RS di Cianjur dan sekitarnya sebaiknya jadi prioritas utama untuk dilaksanakan," ujarnya.

 

 

 

 

 

Ketiga, upaya pencegahan terhadap dampak kesehatan selanjutnya, sesudah yang terjadi di jam-jam dan hari-hari pertama sesudah gempa. Selanjutnya adalah segera menerapkan strategi pengendalian penyakit, baik menular maupun tidak menular yang kronik.

 

 

 

 

 

"Kelima, selalu melakukan evaluasi terhadap efektifitas strategi yang dilakukan dan terakhir adalah perbaikan contingency planning untuk antisipasi kemungkinan bencana di masa datang," tutur Tjandra.

 

 

 

 

 

Ia menambahkan menurut berbagai data ilmiah maka beberapa jam sesudah gempa akan banyak ditemukan kasus serius, luka, patah tulang sampai kerusakan organ dalam tubuh akibat berbagai benturan ketika gempa. Kasus-kasus berat dapat mengakibatkan gangguan berbagai alat/sistem tubuh yang memerlukan penanganan segera.

 

 

 

 

 

"Salah satu penelitian lain menunjukkan dari kasus-kasus yang ada maka sekitar 65 persen mengalami luka-luka, 22 persen patah tulang, 6 persen kerusakan jaringan lunak dan persentasi cukup banyak yang ada trauma di tungkai dan lengan," ujar Tjandra.

 

 

 

 

 

Biasanya, sambung Tjandra sesudah hari-hari pertama sesudah bencana maka akan timbul berbagai masalah kesehatan lain, bahkan mungkin sampai ke terjadinya gagal multi organ, atau infeksi berat sampai dapat terjadi sepsis dll.

 

 

 

 

 

"Tentu juga perlu diwaspadai perburukan penyakit kronik yang memang sudah ada pada warga sejak sebelum gempa, dan ini harus diantisipasi sejak sekarang," tegasnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler