Erdogan Isyaratkan Kerahkan Kekuatan Penuh Tumpas Milisi Kurdi Suriah

Turki beri syarat pengerahan kekuatan penuh untuk membombardir milisi Kurdi

AP/Kurdish-led Syrian Democratic Fo
FILE - Foto ini disediakan oleh Pasukan Demokratik Suriah pimpinan Kurdi menunjukkan bendera dan tas pejuang kelompok Negara Islam yang ditangkap oleh Pasukan Demokrat Suriah pimpinan Kurdi setelah mereka menyerang Penjara Gweran, di Hassakeh, timur laut Suriah, Jumat, 1 Januari. 21 Oktober 2022. Dengan pembobolan penjara yang spektakuler di Suriah dan serangan mematikan terhadap barak tentara di Irak, kelompok Negara Islam (ISIS) kembali menjadi berita utama minggu lalu, sebuah pengingat akan perang yang secara resmi berakhir tiga tahun lalu tetapi terus berlanjut.
Rep: Kamran Dikarma Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, negaranya akan segera menyerang kelompok militan dengan mengerahkan tank dan pasukan. Pernyataannya dinilai merupakan isyarat pengerahan kekuatan penuh untuk membombardir milisi Kurdi di Suriah.

“Kita telah menekan teroris selama beberapa hari dengan pesawat, meriam, dan senjata kita. Insya Allah, kita akan membasmi mereka semua secepat mungkin, bersama dengan tank kita, tentara kita,” kata Erdogan saat berpidato di timur laut Turki, Selasa (22/11/2022).

Sebelumnya Erdogan telah menyampaikan bahwa operasi penumpasan milisi Kurdi tidak akan terbatas pada kampanye udara dan mungkin turut melibatkan pasukan darat. Sementara itu, Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar berjanji akan melanjutkan operasi melawan kelompok milisi Kurdi. Dia kembali menyerukan sekutu Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO), terutama Amerika Serikat (AS), agar berhenti mendukung pasukan Kurdi Suriah.

“Kami memberitahu semua mitra kami, terutama AS, di setiap tingkatan, bahwa YPG (Unit Perlindungan Rakyat Kurdi) sama dengan PKK (Partai Pekerja Kurdistan) dan tetap dengan permintaan kami agar mereka menghentikan setiap jenis dukungan untuk teroris,” kata Akar kepada komisi parlemen Turki.

AS memang bekerja sama dengan Pasukan Demokratik Suriah (SDF) dalam memerangi ISIS di Suriah. SDF dipimpin oleh YPG. Oleh sebab itu, AS telah mengutarakan keprihatinan atas operasi militer Turki yang bertujuan menumpas milisi Kurdi di Suriah. “Kami telah mendesak Turki untuk menentang operasi semacam itu, sama seperti kami telah mendesak mitra Suriah kami untuk menentang serangan atau eskalasi,” kata seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS.

Rusia juga telah meminta Turki untuk menahan diri dan tidak meningkatkan eskalasi di Suriah. Hal itu sehubungan dengan operasi bernama Claw-Sword yang digelar Turki di Suriah untuk menumpas kelompok milisi Kurdi.

“Kami akan meminta rekan-rekan Turki kami untuk menahan diri guna mencegah peningkatan ketegangan, tidak hanya di wilayah utara dan timur laut Suriah, tetapi di seluruh negeri. Kami percaya bahwa kami harus terus bekerja dengan semua pihak yang berkepentingan dan kami harus mencoba menemukan beberapa solusi yang tepat, termasuk pada apa yang disebut masalah Kurdi," kata utusan khusus presiden Rusia untuk Suriah Alexander Lavrentiev, Selasa lalu, dilaporkan kantor berita Rusia, TASS.

Dia menjelaskan, selama beberapa bulan terakhir, yakni sejak Erdogan mengumumkan niatnya untuk melakukan operasi di Suriah, Rusia telah melakukan segala kemungkinan untuk mencegah hal itu terjadi. Setidaknya guna mencegah Turki melakukan semacam operasi militer ofensif skala besar di darat. “Federasi Rusia telah berhasil melakukan ini, dan kami berharap dapat meyakinkan mitra Turki kami untuk menahan diri dari penggunaan kekuatan yang berlebihan di wilayah Suriah,” ucap Lavrentiev.



Pada Senin (21/11/2022) lalu, kota Karkamis yang berada di wilayah perbatasan Turki dengan Suriah menjadi sasaran serangan roket. “Lima mortir/roket ditembakkan ke arah pusat Karkamis. Dua kompatriot kami meninggal. Enam warga kami terluka, dua di antaranya serius,” kata gubernur provinsi Gaziantep tenggara, Davut Gul, lewat akun Twitter resminya.

Tak diterangkan siapa pihak yang bertanggung jawab atas serangan tersebut. Pada Ahad (20/11) lalu, serangan sejenis telah terjadi. Sejumlah roket diluncurkan dari Suriah dan menghantam wilayah perbatasan Turki. Kejadian itu menyebabkan enam polisi dan dua tentara terluka.

Pada Ahad lalu, Turki melakukan serangan udara terhadap pangkalan kelompok militan Kurdi di Suriah utara dan Irak. Ankara mengklaim, target-target dalam Operation Claw-Sword telah digunakan untuk melancarkan serangan “teroris” di tanah Turki. Menurut kelompok Syrian Observatory for Human Rights, serangan Turki di Suriah utara dan timur laut menewaskan sedikitnya 31 orang.

Operation Claw-Sword diluncurkan Turki sepekan setelah serangan bom yang mengguncang jalan Istiklal di Istanbul. Insiden itu menewaskan enam orang dan melukai 81 lainnya. Otoritas Turki telah menahan 22 orang, termasuk individu yang diduga memasang bom di jalan Istiklal. Turki menuding kelompok PKK mendalangi serangan yang terjadi pada 13 November lalu tersebut. 

Menteri Dalam Negeri Turki Suleyman Soylu mengatakan, perintah penyerangan di jalan Istiklal bersumber dari Kobani, sebuah kota di Suriah utara. Di kota tersebut, militer Turki menggelar operasi untuk memerangi kelompok YPG. Ankara memandang YPG sebagai perpanjangan dari PKK. "Menurut temuan kami, organisasi teroris PKK yang bertanggung jawab (atas serangan di jalan Istiklal, Istanbul)," ujar Soylu, dilaporkan Anadolu Agency.

PKK adalah kelompok bersenjata Kurdi yang telah melancarkan pemberontakan di Turki tenggara selama lebih dari tiga dekade. Turki melabeli YPG dan PKK sebagai kelompok teroris.

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler