Sungai Tigris dan Sabda Rasulullah SAW
IHRAM.CO.ID, Dari Abu Bakrah, Rasulullah SAW bersabda, Akan ada segolongan kaum dari umatku yang menetap di sebuah daerah yang mereka namakan Bashrah, di sisi sebuah sungai yang disebut Dijlah (Dajlah), dan di atas sungai itu ada sebuah jembatan. Penduduk daerah itu akan bertambah banyak, dan ia akan menjadi salah satu negeri dari negeri-negeri orang-orang yang berhijrah.”
Dalam hadis di atas tercantum kata ‘Dijlah’. Menurut Dr Syauqi Abu Khalil dalam Athlath Hadith An-Nabawi, kata ‘Dijlah’ berarti Sungai Tigris. Dalam hadis riwayat Abu Dawud, kata ‘Dijlah’ juga disebut. Kelak di akhir zaman Bani Qanthura' yang berwajah lebar dan bermata sipit akan datang menyerbu, sehingga mereka mencapai tepian Sungai Dajlah. Pada saat itulah penduduk daerah itu akan terpecah menjadi tiga kelompok ….”
Kata ‘Dijlah’ pada hadis kedua juga merujuk pada Sungai Tigris. Sungai Tigris mengalair dari barat laut Diyarbakir,” ungkap Syauqi. Menurut dia, suangi itu bermuara di teluk Arab, ketika aliran sungainya bertemu dengan aliran Sungai Eufrat yang membentuk Syath al-Arab di Desa al-Qurnah.
Anak sungai utamanya adalah az-Bab al-A’la, al-Asfal, al-Uzhaim, dan Diyala,” papar Syauqi. Di pesisir sungai terdapat Kota Mosul, Tirkit, Samara, dan Baghdad. Menurut Syauqi, panjang sungai itu mencapai 1.800 kilometer. Panjang sebenarnya adalah 1.850 kilometer.
Sungai Tigris melintasi tiga negara penting dalam peradaban Islam. Bermula dari Pegunungan Taurus di Turki, sungai ini membelah negara itu sepanjang 400 kilometer, lalu melintasi Suriah sepanjang 44 kilometer, dan sisanya sebanyak 1.418 kilometer berada di Irak hingga sampai ke hilirnya di Teluk Persia.
Sungai Tigris tak bisa lepas dari Sungai Eufrat. Meski tidak berasal dari hulu yang sama, akan tetapi kedua sungai ini seolah-olah telah mengurung daratan subur yang kemudian memunculkan peradaban Mesopotamia. Peradaban yang terletak di bagian selatan Irak ini muncul pada tahun 5.000 sebelum Masehi hingga keruntuhannya pada abad VI Masehi.
Pada masa itu, kota-kota di Mesopotamia sangat subur berkat dua sungai tersebut. Bangsa pertama yang membangun Mesopotamia adalah bangsa Sumeria. Meskipun sudah ada sekitar tahun 3.500 SM, bangsa ini sudah mengenal tulisan. Yaitu, tulisan paku. Pada tahun 2350 SM, Bangsa Akkadia menyerang dan menghancurkan mereka. Maka, penguasa Mesopotamia pun berganti.
Bangsa dari padang pasir itu pada awalnya adalah bangsa pengembara. Namun, setelah mampu menguasai kawasan subur Mesopotamia mereka akhirnya menetap. Berturut-turut setelah bangsa Akkadia, daerah di antara Sungai Eufrat dan Tigris itu dikuasai oleh Kerajaan Babilonia Lama, Kerajaan Assyria, Kerajaan Babilonia Baru, dan Kerajaan Persia.
Selama perkembangan peradabannya, bangsa-bangsa yang menguasai Mesopotamia memberikan pengaruh pada masyarakatnya. Bangsa Sumeria adalah kelompok masyarakat pertama yang membangun sistem kota. Beberapa kota yang dibangun adalah Eridu, Erech, Ur, dan Nippur. Mereka membuat bangunan untuk kota itu dari balok-balok lumpur. Bangsa Akkadia dan seterusnya turut membangun kota-kota selanjutnya.
Sejak awal, masyarakat Mesopotamia sudah mengenal sistem administrasi pemerintahan. Bahkan, pada masa kekuasaan Babilonia lama, Raja mereka Hammurabi membuat undang-undang pertama di dunia. Peraturan hukum itu mengatur berbagai bidang, mulai dari pertanian, agama, perdagangan, pemerintahan, dan kemasyarakatan. Penduduk Mesopotamia masih memercayai dewa-dewa sampai abad VI Masehi. Hingga akhirnya Islam masuk di daerah tersebut.