Iran Kerahkan Pasukan Tambahan ke Perbatasan dengan Irak
Pengerahan itu bertujuan untuk mencegah infiltrasi dan penyelundupan senjata
REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Iran telah mengirim unit pasukan khusus tambahan untuk membentengi perbatasan utaranya dengan Irak. Media pemerintah Iran IRNA melaporkan pada Jumat (25/11/2022), pengerahan terbaru itu dilakukan dalam menahan infiltrasi oleh kelompok oposisi Kurdistan.
Kepala pasukan darat paramiliter Pengawal Revolusi Iran Jenderal Mohammad Pakpour mengatakan, unit pasukan lapis baja dan pasukan khusus telah dikerahkan ke barat dan provinsi barat laut. Penurunan pasukan tambahan ini untuk meningkatkan keamanan perbatasan yang ada.
Pengerahan itu bertujuan untuk mencegah infiltrasi dan penyelundupan senjata di utara oleh kelompok oposisi Kurdistan yang diasingkan di Irak.
Teheran mengeklaim, kelompok itu mendalangi protes antipemerintah di seluruh negeri. Klaim tersebut pun telah dibantah oleh kelompok Kurdistan dan sampai saat ini Iran belum memberikan bukti mendukung atas tuduhan itu.
Iran memiliki beberapa pangkalan militer di dekat perbatasan Irak dan pasukan telah hadir di sana secara bergilir selama beberapa dekade.
Pernyataan yang dikeluarkan juru bicara militer Irak Mayjen Yahya Rasool menyatakan, pergerakan pasukan juga terjadi setelah Irak mengeluarkan arahan untuk meningkatkan keamanan di sepanjang sisi perbatasannya untuk mencegah pemboman lebih lanjut oleh Iran. Sedangkan kelompok oposisi Kurdi memiliki basis di wilayah utara yang dikuasai Kurdi Irak.
Awal pekan ini, pejabat Iran dikutip di media milik pemerintah mengatakan, tidak memiliki rencana melakukan operasi militer darat untuk membasmi kelompok oposisi dari pangkalan. Meskipun tindakan tersebut dilaporkan ancaman akan melakukannya selama kunjungan oleh jenderal tinggi Esmail Ghaani ke Bagdad minggu lalu.
Protes di seluruh Iran dimulai sejak September setelah kematian Masha Amini yang menjadi tahanan polisi karena melanggar aturan berpakaian di Iran. Protes telah menjadi salah satu tantangan terbesar bagi teokrasi Iran sejak tahun-tahun kacau setelah Revolusi Islam 1979.
Perempuan berusia 22 tahun itu meninggal 16 September, tiga hari setelah penangkapannya oleh polisi moralitas Iran. Pemerintah Iran menegaskan Amini tidak dianiaya dalam tahanan polisi, tetapi keluarganya mengatakan tubuhnya menunjukkan memar dan tanda-tanda pemukulan lainnya setelah ditahan.