Ubanan Saat Masih Muda, Betulkah Akibat Terlalu Banyak Mikir yang Berat-Berat?

Politikus PDIP Ganjar Pranowo termasuk orang yang beruban sejak masih muda.

ANTARA/Hafidz Mubarak A
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo tiba di Kantor DPP PDI Perjuangan, Jakarta, Senin (24/10/2022). Ganjar termasuk salah satu orang yang beruban sejak muda.
Rep: Desy Susilawati, Adysha Citra Ramadani, Gumanti Awaliyah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa orang tumbuh uban sejak muda. Politikus PDIP Ganjar Pranowo, misalnya, dikabarkan mulai ubanan ketika masih berseragam abu-abu. Kini, ia telah berusia 54 tahun dan rambutnya sudah dominan putih.

Apa sebenarnya penyebab rambut beruban sebelum waktunya? Betulkah itu akibat terlalu sering mikirin yang berat-berat?

Sebuah studi baru dari para peneliti di Columbia University Vagelos College of Physicians and Surgeons memberikan bukti kuantitatif yang menghubungkan stres psikologis dengan kemunculan uban. Kabar baiknya, para peneliti juga menemukan bahwa warna uban bisa dipulihkan kembali ketika stres hilang.

Baca Juga



Ayelet Rosenberg, penulis pertama studi yang juga seorang mahasiswa di Picard Laboratory, mengembangkan metode baru untuk menangkap gambar yang sangat detail dari irisan kecil rambut manusia untuk mengukur tingkat hilangnya pigmen (beruban) di setiap irisan tersebut. Setiap irisan, sekitar 1/20 milimeter lebarnya, mewakili sekitar satu jam pertumbuhan rambut.

"Jika Anda menggunakan mata untuk melihat rambut, rambut akan tampak seperti warna yang sama kecuali ada transisi besar. Di bawah pemindai resolusi tinggi, Anda melihat variasi warna yang kecil dan halus, dan itulah yang kami ukur,” kata penulis studi senior, Martin Picard yang merupakan professor perilaku medis (Psikiatri dan neurologi) di Columbia University Vagelos College of Physicians and Surgeons.

Para peneliti menganalisis rambut individu dari 14 sukarelawan. Hasilnya dibandingkan dengan buku harian yang memuat masalah tiap sukarelawan, di mana individu diminta untuk meninjau kalender mereka dan menilai tingkat stres setiap pekan.

Ketika rambut disejajarkan dengan buku harian stres, hubungan mencolok antara stres dan rambut beruban terungkap. Lalu, dalam beberapa kasus, uban kembali berubah seiring hilangnya stres.

"Ada satu orang yang pergi berlibur, dan lima helai uban rambut di kepala orang itu kembali menggelap selama liburan," kata Picard.

Hanya saja, pigmentasi ulang rambut hanya mungkin untuk beberapa orang. Mengurangi stres dalam hidup adalah tujuan yang baik, tetapi itu tidak serta merta mengubah uban menjadi warna normal.

“Berdasarkan pemodelan matematika ini, kami pikir rambut perlu mencapai ambang batas sebelum berubah menjadi abu-abu. Pada usia paruh baya, ketika rambut mendekati ambang batas itu karena usia biologis dan faktor lainnya, stres akan mendorongnya melewati ambang batas dan transisi menjadi abu-abu," kata Picard.

Faktor genetik
Sementara itu, dikutip dari laman Express, menurut sains, genetik adalah penentu terbesar rambut beruban. Di samping itu, ilmuwan mengungkap bahwa kekurangan nutrisi mungkin juga terlibat.

Rambut beruban adalah ciri utama penyakit autoimun. Di samping itu, faktor lain seperti stres dan merokok juga turut memengaruhi.

Studi juga menunjukkan peran faktor lingkungan seperti sinar ultraviolet, iklim, dan kekurangan elemen nutrisi pada orang muda dengan rambut beruban. The International Journal of Trichology menulis pada tahun 2016, meskipun penyebab utama uban dini dianggap genetik, faktor lingkungan tertentu juga berperan.

Kekurangan zat gizi mikro seperti vitamin B12, vitamin D3, dan kalsium juga dapat dikaitkan dengan rambut beruban lebih dini, menurut peneliti.  Dalam sebuah penelitian awal yang diterbitkan dalam International Journal of Trichology, para peneliti menemukan uban prematur sering kali bertepatan dengan rendahnya kadar vitamin D.

Studi tersebut, tidak dapat membuktikan peran kausal, sehingga tidak disarankan untuk menambah vitamin D dalam upaya untuk memperlambat kemunclan uban. Gangguan autoimun yang terkait dengan rambut beruban prematur, termasuk vitiligo dan anemia pernisiosa, yang cenderung menunjukkan kekurangan B12 atau zat besi.

Sementara itu, keterlibatan anemia dalam rambut beruban dikaitkan dengan peran zat besi dalam sel darah. Itu terjadi karena zat besi bertanggung jawab untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh. Zat besi juga diyakini memainkan peran kunci dalam memperpanjang produksi pigmen rambut.

Pada 2017, Indian Journal of Dermatology menerbitkan sebuah penelitian yang dilakukan pada 71 kasus uban prematur, yang didefinisikan sebagai uban pada usia 25 tahun ke atas. Catatan pasien diambil, yang memberikan rincian tentang beberapa parameter kesehatan pada saat rambut mereka mulai beruban. Laporan termasuk informasi tentang anemia, gangguan tiroid, glukosa darah puasa, dan kadar vitamin B12.

"Hipovitaminosis B12 dan hipotiroidisme menunjukkan hubungan yang signifikan dengan gangguan tersebut, sedangkan anemia, feritin serum, dan glukosa darah puasa tidak," kata para peneliti.

Vitamin B12 banyak terkandung di daging, sereal, dan produk susu yang diperkaya. Vitamin B12 merupakan kunci untuk metabolisme, produksi DNA dan tingkat energi secara keseluruhan.

Para peneliti sering menemukan kekurangan vitamin B12 bersamaan dengan kekurangan asam folat dan biotin pada orang yang rambutnya mulai beruban lebih awal. Kabar baiknya, hilangnya pigmentasi rambut yang disebabkan oleh kekurangan nutrisi dapat dibalikkan.

Ada juga bukti bahwa hormon tiroid dapat membantu membalikkan uban yang disebabkan oleh penyakit autoimun, seperti Hashimoto. Mayo Clinic menjelaskan ketika tiroid tidak menghasilkan cukup hormon, keseimbangan reaksi kimia dalam tubuh bisa terganggu.

"Ada beberapa penyebab, termasuk penyakit autoimun, perawatan hipertiroidisme, terapi radiasi, operasi tiroid, dan obat-obatan tertentu," kata Mayo Clinic.

 

Jangan dicabut

Uban mulai tumbuh satu per satu? Sebaiknya, hindari mencabutnya.

Pemilik dan direktur Orchard Lake Dermatology & Cosmetics, Rohit Kakar MD FAAD, mengungkapkan bahwa ada dua hal yang akan terjadi bila uban dicabut. Berikut ini adalah kedua dampak tersebut, seperti dilansir Livestrong.

Rambut Baru yang Tumbuh Tetap Berwarna Putih
Mencabut uban hanya menyingkirkan rambut berwarna putih tersebut untuk sementara waktu. Rambut baru yang muncul nantinya akan tetap berwarna putih.

"Ketika sebuah folikel rambut spesifik kehilangan sel-sel pemroduksi pigmen, folikel rambut tersebut hanya akan menghasilkan rambut putih," kata Co Founder Oak Dermatology, Jeffrey Hsu MD FAAD.

Sebagian orang mempercayai bahwa mencabut uban akan membuat uban yang bermunculan jadi bertambah banyak. Kabar baiknya, hal ini hanyalah mitos yang tidak sesuai fakta. Ketika satu rambut dicabut, rambut lain di sekitarnya tidak akan terpengaruh karena tiap folikel memiliki genetiknya sendiri.

Meningkatkan Risiko Infeksi dan Jaringan Parut
Meski tidak memicu munculnya lebih banyak uban, mencabut uban merupakan kebiasaan yang kurang baik. Mencabut uban secara berulang bisa merusak folikel dan berpotensi memicu terjadinya infeksi. Kebiasaan tersebut juga bisa menyebabkan timbulnya jaringan parut karena folikel rusak.

Seiring waktu, kerusakan yang berulang akan memicu trauma pada folikel rambut hingga rambut berhenti untuk tumbuh. Bila terbiasa mencabut beberapa uban sekaligus, akan tercipta area-area botak di kepala.

Cara Aman Hadapi Uban
Para ahli menekankan bahwa tak ada cara aman untuk mencabut uban. Risiko infeksi dan kemunculan jaringan parut akibat kebiasaan mencabut uban tak bisa diturunkan.

Bila merasa terganggu, helaian-helaian uban bisa dipotong dengan menggunakan gunting. Cara ini bisa meminimalisasi terjadinya trauma pada folikel rambut. Alternatif lainnya adalah mewarnai rambut.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler