Jurnalis Amerika Sebut Elite yang Ngotot 'Bereskan' Vladimir Putin, Rusia Merespons

Jurnalis Amerika menyebut siapa saja elite yang rencanakan pemberesan Vladimir Putin.

Erdy Nasrul/Republika
Antony Blinken dan Joe Biden disebut jurnalis Amerika sebagai pihak yang ambisius membereskan Vladimir Putin
Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, SAINT PETERSBURG -- Perang Rusia melawan Ukraina berlangsung dua tahap. Pertama adalah aneksasi Krimea yang berlangsung pada 2010. 

Baca Juga


Kedua adalah invasi Rusia yang dimulai dengan peluncuran Rudal jarak jauh Iskander yang menghantam 'jantung' Ukraina pada 2022. Sejak itulah adu kekuatan Ukraina yang didukung Nato dan Rusia yang didukung China, Korea Utara, dan Iran, berlangsung.

Kekuatan dua negara tersebut sungguh tidak imbang. Rusia memiliki persenjataan yang jauh lebih unggul, terutama senjata nuklir terbanyak di dunia (meski belum digunakan dalam perang ini). Rusia merupakan tiga besar kekuatan militer dunia bersama Amerika dan China.

Mengetahui Ukraina sulit menang dalam perang ini, negara pendukungnya, terutama yang paling kuat, Amerika, ingin menghentikan peperangan tersebut. Menurut mereka, caranya adalah dengan 'membereskan' alias menghabisi Presiden Rusia Vladimir Putin.

Kantor Berita al-Ain, dengan merujuk sejumlah kantor berita Barat, menginformasikan, kabar ini. "Setiap upaya atau bahkan diskusi mengenai serangan terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin, bagi Moskow, merupakan jalan langsung menuju perang nuklir,” kata Ketua Duma Negara Rusia, Vyacheslav Volodin, pada Rabu (30/1/2025).

Russias President Vladimir Putin adjusts his headphones on stage during an event with Vietnams President To Lam attended by the Vietnam Friendship Association and generations of Vietnamese alumni that studied in Russia at the Hanoi Opera House in Hanoi, Vietnam, 20 June 2024. Putin is on an official visit to Vietnam following his visit to North Korea. - (EPA-EFE/MANAN VATSYAYANA / POOL)

 

Jurnalis Amerika Tucker Carlson mengeklaim dalam sebuah wawancara televisi kemarin, Selasa, bahwa pihak berwenang negaranya mencoba untuk "membunuh presiden Rusia pada masa kepresidenan Joe Biden."

Volodin mengatakan, "Mempersiapkan dan mendiskusikan percobaan pembunuhan Presiden Rusia Vladimir Putin adalah kejahatan luar biasa dan ancaman serius terhadap keamanan global." Menurut apa yang dilansir situs Russia Today.

Dia menambahkan: "Mempersiapkan upaya pembunuhan terhadap Presiden Putin adalah jalan langsung untuk memulai perang nuklir."

Ketua Duma Negara mencatat bahwa Putin "melakukan segala dayanya untuk memperkuat negara, mencapai perdamaian, dan menyelesaikan masalah keamanan global."

Ia melanjutkan, "Tidak ada keraguan bahwa Putin merupakan sebuah keuntungan tersendiri bagi Rusia. Saat ini, sangatlah penting untuk bersatu dan mendukung presiden negara tersebut."

Volodin menyerukan penyelidikan komprehensif terhadap pernyataan jurnalis Carlson mengenai hal ini, dan “perlunya mengadili mereka yang terlibat dalam kejahatan ini dan membawa mereka ke pengadilan.”

 

Volodin menulis di saluran Telegramnya: “Apa yang dikatakan Tucker Carlson harus ditanggapi dengan serius. Kemarin, jurnalis Amerika ini mengatakan bahwa pemerintahan Biden berencana mencoba membunuh Presiden Putin. Dia menyatakan bahwa mantan Menteri Luar Negeri AS Blinken menyarankan hal itu perlu diselidiki.” “Secara komprehensif. Biden dan Blinken harus bertanggung jawab.”

Carlson berkata, “Anthony Blinken (mantan Menteri Luar Negeri AS) berusaha keras untuk memprovokasi perang nyata, bahkan melalui upaya untuk membunuh Putin, misalnya. Apa yang dilakukan pemerintahan Biden – mereka mencoba membunuh Putin.”

Baik Biden maupun Blinken belum mengomentari pernyataan jurnalis Amerika tersebut hingga saat ini.

Negosiasi perdamaian dengan Ukraina

Negosiasi antara Rusia dan Ukraina tidak akan sah jika dilakukan sekarang, kata Presiden Rusia Vladimir Putin pada Selasa (28/1).

Menurut Putin, hal yang utama perlu dicari adalah cara untuk membatalkan dekrit yang telah ditandatangani oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy yang melarang dilakukan negosiasi.

 

“Jika kita memulai negosiasi sekarang, itu akan menjadi tidak sah. Ada masalah di sini, meskipun saya belum menyebutkannya. Kenapa? Karena ketika pemimpin rezim saat ini, sebagaimana hanya dia yang dapat disebut saat ini, menandatangani dekret, dia relatif masih merupakan presiden yang sah," ujar Putin.

"Dan sekarang dia tidak bisa membatalkannya karena statusnya sudah tidak sah. Itu intinya, jebakan itu,” tambah Putin kepada reporter Rossiya 1, Pavel Zarubin.

Jika Ukraina ingin membatalkan dekrit yang melarang negosiasi dengan Rusia, hal tersebut bisa dilakukan jika ditemukan cara hukum, karena kewenangan Presiden Ukraina setelah masa jabatan berakhir dialihkan kepada Ketua Rada (parlemen Ukraina), jelas Putin.

“Pada dasarnya, jika mereka ingin melakukan ini (negosiasi), ada cara hukum. Silakan, biarkan perwakilan Rada melakukannya sesuai dengan konstitusi. Jika mereka mau, semua masalah hukum dapat diselesaikan," kata Putin.

"Namun, sejauh ini, kami sama sekali tidak melihat keinginan seperti itu... Jika memang ada keinginan untuk bernegosiasi dan menemukan solusi kompromi, biarkan siapa yang berwenang saja yang melakukannya,” ujar Putin melanjutkan.

Putin menambahkan bahwa merupakan hal yang tidak benar bila Ukraina memberlakukan larangan negosiasi ketika pasukan Rusia berada di dekat Kiev.

“Jika dia (Zelenskyy) ingin ambil bagian dalam negosiasi, saya akan menunjuk orang-orang yang akan melakukan negosiasi itu. Silakan saja. Pertanyaannya adalah mengenai penandatanganan dokumen akhir,” ucap Putin menyimpulkan.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler