BPS: Inflasi November Kembali Turun Jadi 5,42 Persen

BPS mencatat terjadi penurunan inflasi dua bulan berturut-turut sejak September.

REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Pekerja menyelesaikan produksi pakaian rajut di salah satu industri rumahan di Sentra Rajut Binong Jati, Binong, Kota Bandung,. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan laju inflasi tahunan hingga November 2022 sebesar 5,42 persen year on year (yoy). Angka inflasi tahunan mengalami penurunan dua bulan berturut-turut sejak September yang mencatat rekor inflasi 5,71 persen sejak awal tahun.
Rep: Dedy Darmawan Nasution Red: Ichsan Emrald Alamsyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan laju inflasi tahunan hingga November 2022 sebesar 5,42 persen year on year (yoy). Angka inflasi tahunan mengalami penurunan dua bulan berturut-turut sejak September yang mencatat rekor inflasi 5,71 persen sejak awal tahun.


Dengan tingkat laju inflasi tahunan tersebut, angka inflasi bulanan tercatat sebesar 0,09 persen month to month (mtm) serta inflasi tahun kalender sebesar 4,82 persen year to date (ytd).

Deputi Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Setianto, menjelaskan, kelompok cukup tinggi mengalami inflasi yakni makanan, minuman, tembakau sebesar 5,87 persen yoy dengan andil 1,5 persen. Adapun komoditas yang dominan seperti rokok, beras, dan telur ayam.

Kelompok lainnya yakni transportasi sebesar 15,45 persen yoy dengan andil 1,86 persen. Kenaikan inflasi kelompok ini didominasi oleh inflasi tarif angkutan udara.

"Berdasarkan sebarannya, inflasi tertinggi terjadi di Tanjung Selor sebesar 9,2 persen sedangkan inflasi terendah terdapat di Kota Ternate 3,26 persen," ujar Setianto dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (1/12/2022).

Lebih lanjut, dilihat dari segi komponen, BPS mencatat komponen harga diatur pemerintah atau administered prices merupakan yang tertinggi yakni 13,01 persen dengan andil 2,3 persen.

"Tekanan inflasi ini didorong oleh kenaikan harga bensin, bahan bakar rumah tangga, tarif angkutan udara, dan tarif angkutan dalam kota dalam setahun terakhir," kata dia.

Adapun untuk inflasi harga bergejolak atau volatile foods mencapai 5,7 persen dengan andil 0,95 persen. Inflasi harga bergejolak mengalami penurunan cukup besar dari bulan Oktober yang mencapai 7,19 persen. Setianto mengatakan, penurunan ini akibat adanya penurunan beberapa harga komoditas pangan.

"Sedangkan inflasi inti sebesar 3,3 persen dengan andil 2,17 persen, inflasi inti secara tahunan masih terkendali," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler