Ilmuwan Ungkap Kehidupan di Greenland 2 Juta Tahun Lalu, Jauh Berbeda

Saat ini wilayah Greenland adalah gurun Arktik yang tandus.

DNA (ilustrasi)
Rep: Dwina Agustin Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Para ilmuwan menemukan DNA tertua yang diketahui. Ilmuwan menggunakan DNA ini untuk mengungkapkan seperti kehidupan dua juta tahun lalu di ujung utara Greenland.

Saat ini wilayah itu adalah gurun Arktik yang tandus. Namun, dulu wilayah itu merupakan lanskap rimbun pepohonan dan tumbuh-tumbuhan dengan berbagai hewan, bahkan mastodon yang telah punah.

Baca Juga



"Studi ini membuka pintu ke masa lalu yang pada dasarnya telah hilang," kata penulis utama dan ahli geologi dan gletser di University of Copenhagen Kurt Kjaer.

Dengan fosil hewan yang sulit didapat, peneliti mengekstraksi DNA lingkungan atau dikenal sebagai eDNA dari sampel tanah. Ini adalah materi genetik yang ditumpahkan organisme ke lingkungannya, misalnya, melalui rambut, limbah, ludah, atau bangkai yang membusuk.

Mempelajari DNA yang benar-benar tua bisa menjadi tantangan karena materi genetik rusak dari waktu ke waktu, menyisakan para ilmuwan hanya dengan fragmen kecil. Namun, menurut penulis senior dan ahli genetika di University of Cambridge Eske Willerslev, dengan teknologi terbaru, para peneliti dapat memperoleh informasi genetik dari potongan kecil DNA yang rusak.

Dalam studi yang diterbitkan di jurnal Nature pada Rabu (7/12/2022), peneliti membandingkan DNA dengan spesies yang berbeda, mencari kecocokan. Sampel berasal dari endapan sedimen yang disebut formasi Kap Kobenhavn di Peary Land. Saat ini, daerah tersebut adalah gurun kutub.

Namun, Willerslev menjelaskan, jutaan tahun yang lalu, wilayah ini mengalami periode perubahan iklim yang intens yang membuat suhu naik. Sedimen kemungkinan besar terbentuk selama puluhan ribu tahun di lokasi tersebut sebelum iklim mendingin dan menyemen temuan tersebut menjadi permafrost.

Lingkungan yang dingin akan membantu mengawetkan potongan DNA yang halus sampai para ilmuwan datang dan mengebor sampelnya pada 2006.

Selama periode hangat di kawasan itu, ketika suhu rata-rata 11 hingga 19 derajat Celcius lebih tinggi dari hari ini, area tersebut dipenuhi dengan kehidupan tanaman dan hewan yang tidak biasa.

Fragmen DNA menunjukkan campuran tanaman Arktik, seperti pohon birch dan semak willow, yang biasanya lebih menyukai iklim yang lebih hangat, seperti cemara dan cedar.

DNA juga menunjukkan jejak binatang termasuk angsa, kelinci, rusa dan lemming. Sebelumnya, menurut  Willerslev, kumbang kotoran dan sisa-sisa kelinci menjadi satu-satunya tanda kehidupan hewan di lokasi tersebut.

Satu kejutan besar adalah dengan menemukan DNA dari mastodon, spesies punah yang terlihat seperti campuran antara gajah dan mammoth. Banyak fosil mastodon sebelumnya telah ditemukan dari hutan beriklim sedang di Amerika Utara. Itu lautan yang jauh dari Greenland dan jauh lebih jauh ke selatan.

Peneliti DNA kuno di Institut Antropologi Evolusioner Max Planck Jerman yang tidak terlibat dalam penelitian ini Benjamin Vernot menyatakan, dengan menarik lusinan spesies dari hanya beberapa sampel sedimen, penelitian ini menyoroti beberapa keuntungan eDNA.

"Anda benar-benar mendapatkan gambaran ekosistem yang lebih luas pada waktu tertentu,” kata Vernot.

“Anda tidak perlu pergi dan menemukan potongan kayu ini untuk mempelajari tumbuhan ini, dan tulang ini untuk mempelajari mammoth ini," ujarnya. 

sumber : AP
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler