Kremlin: Hubungan Rusia-Barat Masuk Fase 'Konfrontasi'
Barat masih menekan Rusia dengan sanksi dan mempertahankan dukungan ke Ukraina.
REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, hubungan antara Rusia dan Barat sudah memasuki fase “konfrontasi”. Hal itu disampaikan saat Barat masih menekan Rusia dengan sanksi dan mempertahankan dukungan mereka terhadap Ukraina.
Dalam sebuah program wawancara di stasiun televisi Rusia, Rossiya-1 TV, Peskov mengatakan, tak ada negara Barat yang mengasihi Moskow. “Tidak ada yang menyayangi kami dan tidak ada yang akan melakukannya. Dan kami tidak membutuhkannya,” ujar Peskov, dikutip laman kantor berita Rusia, TASS, Ahad (11/12/2022).
Peskov pun ditanya tentang ke mana arah hubungan antara Rusia dan Barat. Dia menjawab bahwa tak ada pergerakan. “Kita tidak beranjak. Kita telah tiba di stasiun bernama ‘konfrontasi’,” ucapnya.
Karena situasi hubungannya demikian, Peskov mengatakan Rusia harus kuat dan mesti bisa melindungi dirinya sendiri. “Sebab kami harus hidup dalam lingkungan konfrontasi ini,” ujar Peskov.
Pekan lalu Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, risiko pecahnya perang nuklir telah meningkat. “Risiko ini (perang nuklir) meningkat. Mengapa menyangkalnya?” ujar Putin saat berbicara dalam pertemuan Dewan Pengembangan Masyarakat Sipil dan Hak Asasi Manusia (HAM) Rusia, Rabu (7/12/2022).
Pernyataan Putin itu merupakan respons atas komentar yang dibuat Direktur Center of Civil Analysis and Independent Research Grani, Svetlana Makovetskaya. Makovetskaya mengungkapkan, ada sejumlah besar ketakutan sehubungan dengan risiko perang nuklir. Dia pun menyarankan agar Putin, dengan iktikad baik, menyatakan bahwa Rusia, dalam keadaan apa pun, tidak akan menjadi pihak pertama yang menggunakan senjata nuklir.
"Tentang Rusia tidak menjadi yang pertama menggunakan dalam keadaan apa pun, yah, jika senjata nuklir bukan yang pertama digunakan dalam keadaan apa pun, maka senjata nuklir tidak akan menjadi yang kedua juga digunakan. Sebab serangan nuklir di wilayah kita sangat membatasi peluang untuk pakai,” ucap Putin.
Putin menegaskan, Rusia menganggap senjata nuklir sebagai alat pertahanan serta alat untuk melancarkan serangan balasan. “Kami menganggap senjata pemusnah massal, senjata nuklir, sebagai pertahanan. Semuanya dibangun di sekitar apa yang disebut serangan balik pembalasan, yang berarti ketika serangan dilakukan pada kami, kami melakukannya sebagai tanggapan," kata Putin.
Dalam forum pertemuan itu, Putin sempat menyatakan tekad untuk terus mempertahankan kepentingan nasional Rusia dengan segala cara yang dimungkinkan. Dia mengeluhkan bagaimana organisasi-organisasi HAM Barat memandang Rusia sebagai “negara kelas dua” yang tidak memiliki hak untuk hidup sama sekali. “Inilah yang sedang kita hadapi. Hanya ada satu jawaban dari pihak kita; perjuangan konsisten untuk kepentingan nasional kita. Kita akan melakukan hal itu, dan jangan biarkan ada yang mengandalkan hal lain,” ucap Putin.
Dia mengatakan Rusia akan melakukan hal tersebut dengan berbagai sarana dan cara yang tersedia. “Pertama-tama, tentu saja, kami akan fokus pada cara damai. Tapi jika tidak ada yang tersisa, kami akan mempertahankan diri dengan semua cara yang kami miliki,” ujarnya.