PVMBG Temukan Penggembungan pada Gunung Semeru

Penggembungan terjadi karena ada suplai magma pada Gunung Semeru

AP/Dicky Bisinglasi
Para pria membawa kasur untuk dibawa ke tempat penampungan sementara saat mengumpulkan barang-barang dari rumahnya yang terkena dampak erupsi Gunung Semeru di Desa Sumberwuluh, Lumajang, Jawa Timur, Indonesia, Selasa, 6 Desember 2022. Gunung Semeru, latar belakang, memuntahkan kolom abu tebal lebih dari 1.500 meter (hampir 5.000 kaki) ke langit pada hari Minggu. Desa-desa dan kota-kota terdekat diselimuti abu yang jatuh, menghalangi sinar matahari, tetapi tidak ada korban yang dilaporkan.
Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) merekam adanya aktivitas deformasi berupa inflasi atau penggembungan yang terjadi pada Gunung Semeru, Jawa Timur.

Baca Juga


Koordinator Gunung Api PVMBG Oktory Prambada mengatakan peristiwa itu terjadi akibat ada suplai magma yang memenuhi dapur magma atau kantong-kantong magma pada gunung api tersebut. "Ini juga menimbulkan deformasi berupa inflasi atau bahasanya gunung ini menggembung pada Oktober 2022. Ini sejalan dengan catatan seismik kami yang menunjukkan bahwa Oktober itu ada suplai magma (signifikan), baik di dapur magma atau kantong-kantong magma," ujarnya dalam sebuah webinar tentang gunung api yang dipantau di Jakarta, Selasa malam (13/12/2022).

Oktory menjelaskan pascaerupsi yang terjadi pada akhir 2021 lalu, Gunung Semeru secara konstan mengalami suplai dan pergerakan magma hingga puncaknya terjadi pada Oktober 2022. Gunung Semeru yang menggembung itu terjadi akibat peningkatan tekanan dan desakan magma di dalam tubuh gunung api tersebut. Perubahan deformasi itu terpantau melalui tiltmeter dan pemodelan GPS berupa gambar warna-warni yang terdapat pada tubuh gunung api tersebut. "Dua hari sebelum meletus SO2 (sulfur dioksida) tampak besar keluar dari erupsi Gunung Semeru," kata Oktory.

Pada 4 sampai 7 Desember 2022, citra thermal mengindikasi anomali yang menurun dari 15 MW ke 3 MW yang mengindikasikan berkurangnya penumpukan material pijar di sekitar permukaan kawah Gunung Semeru. Saat ini, status Gunung Semeru berada pada level III atau Siaga setelah sebelumnya sempat naik ke level IV atau Awas akibat erupsi yang terjadi pada 4 Desember 2022 lalu. Status Awas itu hanya berlangsung selama lima hari dan turun kembali ke status Siaga pada 9 Desember 2022.

PVMBG merekomendasikan warga untuk tidak melakukan melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 13 kilometer dari puncak Gunung Semeru. Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 kilometer dari puncak. Selain itu, PVMBG juga merekomendasikan warga untuk tidak beraktivitas dalam radius 5 kilometer dari puncak Gunung Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar).

Warga diminta untuk mewaspadai potensi awan panas guguran, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai atau lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan. Gunung Semeru yang memiliki tinggi 3.676 meter di atas permukaan laut tersebut secara administratif terletak dalam dua kabupaten, yaitu Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang di Provinsi Jawa Timur.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler