Hati-Hati Konsumsi Gula Berlebih di Momen Libur Natal Tahun Baru

Selain memberikan perasaan bahagia, gula juga berpotensi menyebabkan kecanduan.

dok Bistro Baron
Libur Natal dan Tahun Baru identik dengan momen penuh kudapan manis, (ilustrasi).
Rep: Desy Susilawati Red: Gita Amanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Libur Natal dan Tahun Baru identik dengan momen penuh kehangatan bersama keluarga. Momen ini juga sering kali dilengkapi dengan berbagai kudapan manis yang menggugah selera. Namun, terkadang ini membuat sulit untuk menahan diri dalam mengonsumsi makanan dan minuman manis.

Resolusi untuk memulai pola hidup sehat di Tahun Baru juga tak jarang menjadi dorongan untuk terus makan sepuasnya hingga penghujung tahun. Dokter Spesialis Gizi Klinik RS Pondok Indah dr Juwalita Surapsari, MGizi, SpGK menjelaskan gula merupakan karbohidrat sederhana yang dapat diubah menjadi sumber energi bagi tubuh. Namun konsumsi gula berlebih tentu berbahaya untuk tubuh.

Dokter Juwalita menjelaskan gula dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu gula alami atau intrinsik dan gula tambahan. Gula alami dapat diperoleh dari makanan dan minuman yang secara alami sudah mengandung gula, misalnya susu dan buah-buahan. Sementara gula tambahan biasanya didapatkan dari makanan dan minuman yang dalam proses pengolahannya ditambahkan gula.



"Tidak sulit untuk menemukan makanan dan minuman dengan gula tambahan ini, mulai dari permen, kue, biskuit, susu dengan berbagai rasa, hingga makanan dan minuman kemasan," jelasnya dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Ahad (25/12/2022).

Mengonsumsi makanan atau minuman manis dipercaya dapat membuat perasaan menjadi lebih baik. Saat mengonsumsi gula, otak akan melepaskan serotonin dan dopamin yang merupakan neurotransmitter yang berperan dalam brain reward system sehingga suasana hati menjadi bahagia dan mood menjadi lebih baik.

"Sayangnya, selain memberikan perasaan bahagia, gula juga berpotensi menyebabkan kecanduan. Ketika perasaan bahagia mereda atau hilang, otak cenderung menginginkan perasaan itu kembali," ujarnya.

Karenanya, ketika kadar glukosa mencapai tingkat yang rendah, ada keinginan untuk kembali mengonsumsi (craving) makanan atau minuman manis. Hal ini yang memberikan dampak kecanduan gula pada seseorang.

Risiko konsumsi gula berlebih

Gula yang dikonsumsi secara tidak terukur dapat membahayakan kesehatan. Selain memberikan efek kecanduan, konsumsi gula berlebih juga dapat menimbulkan sejumlah penyakit, antara lain karies gigi, ini adalah penyakit paling ringan yang mungkin terjadi akibat konsumsi gula berlebih. Bakteri di dalam mulut akan mengubah kandungan gula dari makanan atau minuman yang Anda konsumsi menjadi asam.

"Apabila Anda tidak rajin menyikat gigi, timbunan asam tersebut dapat menjadi sarang berkembangnya kuman dan berubah menjadi karies gigi yang menyebabkan gigi berlubang," ujarnya.

Selain itu, waspada obesitas. Asupan gula tambahan yang tinggi akan menyebabkan asupan energi menjadi berlebih sehingga meningkatkan risiko mengalami penambahan berat badan hingga obesitas.

Konsumsi gula berlebih juga mungkin menyebabkan perlemakan hati. Perlemakan hati disebabkan oleh asupan gula tambahan jenis fruktosa yang berlebih. Ketika asupan fruktosa berlebih, maka hati akan mengubahnya menjadi lemak. "Lemak tersebut akan membebani hati dan menyebabkan perlemakan hati," katanya.

Bukan hanya itu, konsumsi gula berlebih bisa juga menyebabkan diabetes melitus. Konsumsi gula tambahan juga dapat meningkatkan risiko resistensi insulin. Insulin adalah hormon yang diproduksi oleh pankreas untuk mengatur kadar gula darah. Resistensi insulin ini akan menyebabkan gangguan metabolisme karbohidrat yang akhirnya memicu timbulnya diabetes melitus. Diabetes dapat menyebabkan komplikasi lainnya seperti penyakit pembuluh darah di jantung dan perifer.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler