Hackathon AMICTA, Kolaborasi Epik Kampus dan Industri pada Pengujung 2022
AMICTA merupakan kompetisi inovasi produk digital.
REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Sebanyak 3.000 mahasiswa Amikom mengunjungi website resmi AMICTA 2022 dalam sebulan. Fenomena ini menggambarkan euforia kompetisi teknologi di Kampus berangsur pulih pasca-pandemi.
"Kali ini, AMICTA diselenggarakan hasil kolaborasi epik antara kampus-industri yaitu FIK, ViBiCloud, AWS dan ABP Incubator. Kami memiliki perhatian yang sama terhadap talenta dan inovasi produk digital," kata Ketua Penyelenggara Arif Akbarul Huda dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (31/12/2022).
AMICTA merupakan kompetisi inovasi produk digital untuk memecahkan masalah masyarakat Indonesia. Puluhan ahli ikut berkontribusi baik sebagai speaker maupun mentor.
Product Manager Gojek Indonesia Fathin Naufal memberikan inspirasi kepada ratusan mahasiswa dalam topik 'How to Build Digital Product'. Topik lainnya yaitu 'From Engineer to be Entrepreneur' yang disampaikan oleh CEO Qiscus Multichannel Delta Purna W.
Business Solution AWS ViBiCloud, Ryanno Lukman menyampaikan konsep acara ini sangat bagus. Acara seperti ini dapat mempertemukan talenta-talenta digital berkualitas dan passionate menyelesaikan berbagai masalah dengan teknologi.
"Bila perlu, kita duplikasi dan amplifikasi vibe acara AMICTA ke skala yang lebih luas," ujarnya.
Kategori Kompetisi mengetik cepat berhasil menemukan talenta-talenta berketerampilan mumpuni. Rekor tercepat dalam cabang kompetisi ini diraih oleh Satrio Wibisono, Mahasiswa Prodi Informatika dengan kecepatan 118 kata per menit.
Pada kompetisi menulis kode, Fakultas Ilmu Komputer (FIK) bekerja sama dengan Skyshi untuk menggunakan platform DevCode. Peserta diberi tantangan kasus dan harus menyelesaikan melalui aktivitas coding kemudian dilakukan uji performa. Tantangan Front-end Web Programming berhasil dieksekusi baik oleh Ahmad Nurhalim, Mahasiswa Prodi Informatika. Sedangkan kasus back-end diselesaikan dengan baik oleh Rahmat Fajri Nandipinto mahasiswa prodi Sistem Informasi.
Puluhan inovasi diusulkan melalui cabang kompetisi produk digital. Tiga diantaranya yaitu Aplikasi Machine Learning Pendeteksi Penyakit Daun Kentang, Sistem kendali IoT cerdas untuk meningkatkan kualitas kandang dan Mesin Anjungan untuk menukar koin menjadi saldo digital. Inovasi harus berupa prototype untuk bisa mendapatkan hak juara.
Sebagai rangkaian pamungkas, Hackathon diselenggarakan selama satu pekan dimulai dari aktivitas pengumpulan ide, pitching, speed dating, mentoring dan diakhiri dengan demo day. Seluruh peserta berhak menyampaikan gagasan problem dan solusinya.
Tiga terbaik produk Hackathon yaitu Fit BatiK, Local Reality dan G-Tech. Fit Batik dengan CEO Firman Almadhani Kurniawan Mahasiswa Prodi Informatika berhasil memikat perhatian juri. Sebuah solusi fitting baju batik menggunakan teknologi Virtual Reality melalui smartphone. Kamera smartphone diarahkan ke badan orang kemudian muncul pada layar animasi outfit baju batik menempel di badan. Oleh Juri solusi AR/VR untuk retail fashion dipandang memiliki potensi bisnis yang besar.
Produk hackathon berikutnya adalah Local Reality dengan CEO Rahmat Fajri Nandipinto. Solusi yang ditawarkan yaitu pemanfaatan teknologi AR/VR untuk meningkatkan transaksi bisnis pada UMKM.
Sedangkan produk hackathon G-Tech yang dipimpin oleh Muhammad Bagus Rizky (Mahasiswa Prodi Informatika) mengusung teknologi RFID, berbeda dengan dua produk sebelumnya. Rizky berangkat dari latar belakang permasalahan yang dia hadapi yaitu ketidakpastian fasilitas member Gym. Kamudian menawarkan solusi Cloudify and RFID based Member Tagging Solution for Gym Place. Dalam waktu lima hari tim ini berhasil mengintegrasikan Mikroprosesor, RFID dan Server AWS.
"Kreativitas yang diusulkan mahasiswa ini brilian. Harapannya melalui acara ini bisa lahir inovasi produk yang bisa dipakai masyarakat luas", ujar salah satu juri Hackathon, Hendryantono Limantara (Cloud Services Dept. Head, ViBiCloud).