Inflasi Kota Bandung Tertinggi di Jabar, Capai 7,45 Persen

Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan naiknya IKP.

ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Pembeli mengamati perhiasan-perhiasan di salah satu toko di sentra penjualan perhiasan emas. Harga emas perhiasan turut mendongkrak infalsi di Jabar.
Rep: Arie Lukihardianti Red: Agus Yulianto

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Desember 2022, inflasi yoy tertinggi terjadi di Jabar terjadi di Kota Bandung. Yakni, sebesar 7,45 persen dengan IHK sebesar 115,43. Sedangkan terendah terjadi di Kota Cirebon sebesar 4,86 persen dengan IHK sebesar 110,32.


Menurut Kepala BPS Provinsi Jawa Barat, Marsudijono, di Jawa Barat terjadi inflasi year on year (yoy) sebesar 6,04 persen (juga di atas inflasi nasional 5,51 persen) dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 115,11. 

"Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya sebagian besar indeks kelompok pengeluaran," ujar Marsudijono dalam keterangan tertulisnya, Selasa (3/1/2023).

Yakni, kata dia, kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 6,80 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 2,65 persen. Kemudian kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 5,90 persen; kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 4,64 persen; kelompok kesehatan sebesar 2,39 persen.

Lalu  kata dia, kelompok transportasi sebesar 12,59 persen; kelompok rekreasi, olahraga dan budaya sebesar 1,51 persen; kelompok pendidikan sebesar 4,07 persen; kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 4,17 persen; dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 6,80 persen. 

Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks atau deflasi, kata dia, yaitu kelompok informasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,27 persen.

Tingkat inflasi month to month (mtm) Desember 2022 sebesar 0,74 persen dan  tingkat inflasi year to date (ytd) Desember 2022 sebesar 6,04 persen.

Inflasi, kata dia, terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya sebagian besar indeks kelompok pengeluaran (IKP), yaitu kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 6,80 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 2,65 persen; kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 5,90 persen; kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 4,64 persen.

Kelompok kesehatan sebesar 2,39 persen; kelompok transportasi sebesar 12,59 persen; kelompok rekreasi, olahraga dan budaya sebesar 1,51 persen; kelompok pendidikan sebesar 4,07 persen; kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 4,17 persen; dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 6,80 persen. 

Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks atau deflasi, yaitu kelompok informasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,27 persen.

Komoditas yang dominan memberikan andil/sumbangan inflasi yoy pada Desember 2022, diantaranya bensin, bahan bakar rumah tangga, tarif air minum PAM, angkutan dalam kota, telur ayam ras, bawang merah, akademi/perguruan tinggi, beras, rokok kretek filter, sewa rumah, kue kering berminyak, sabun detergent bubuk/cair, tahu mentah, tempe. 

Sementara komoditas yang memberikan andil/sumbangan deflasi yoy, diantaranya biaya administrasi transfer uang, cabai rawit, bayam, baju muslim pria, ikan mas, daun bawang.

Beberapa komoditas yang dominan memberikan andil/sumbangan inflasi pada Desember 2022, di antaranya tarif air minum PAM, telur ayam ras, beras, daging ayam ras, tomat, cabai rawit, cuci kendaraan, emas perhiasan, kue kering berminyak, tarif kereta api, tahu mentah.

Sedangkan komoditas yang memberikan andil/sumbangan deflasi, antara lain bawang merah, daging sapi, cabai merah, sawi hijau, buah naga, ikan mujair, sawi putih, baju kaos tanpa kerah. 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
 
Berita Terpopuler