Epidemiolog: XBB Bisa Jadi Varian yang Harus Diwaspadai pada 2023

Subvarian XBB 1.5 dikhawatirkan picu gelombang Covid-19 pada 2023.

Max Pixel
SARS-CoV-2, virus penyebab Covid 19 (ilustrasi). Epidemiolog mengkhawatirkan subvarian omicron XBB.1.5 menimbulkan lonjakan kasus Covid-19.
Rep: Gumanti Awaliyah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejak awal pandemi, virus penyebab Covid-19 telah bermutasi beberapa kali. Sejumlah varian telah menjadi penyebab jutaan infeksi. Dari jumlah tersebut, varian omicron, yang pertama kali terdeteksi di Inggris pada November 2021, menjadi yang paling dominan.

Kini, seorang ahli telah memperingatkan tentang subvarian omicron XBB.1.5 yang berpotensi menimbulkan lonjakan kasus. Profesor epidemiologi genetik di King’s College London sekaligus pendiri ZOE Health Study, Tim Spector, mengatakan bahwa XBB bisa menjadi varian baru yang harus diwaspadai pada tahun 2023, sebab karena kasus yang dipicu varian tersebut meningkat lebih dari dua kali lipat dalam satu pekan di AS.

"XBB bisa menjadi varian baru yang harus diwaspadai pada tahun 2023," kata Prof Spector dalam cicitan di Twitter-nya, seperti dilansir laman Express, Rabu (4/1/2023).

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), lebih dari 40 persen kasus Covid-19 di AS saat ini disebabkan oleh varian XBB.1.5. Ini naik dari 18 persen kasus pekan sebelumnya. Lebih khusus lagi, di timur laut AS sekitar 75 persen kasus telah dilaporkan sebagai XBB.1.5.

Ilmuwan AS Eric Jeffrey Topol mengatakan bahwa mereka belum pernah melihat pertumbuhan varian yang begitu cepat sejak omicron BA.1 setahun yang lalu.

"Wow XBB.1.5 lebih dari dua kali lipat di AS dalam satu pekan, sekarang 40 persen, mengalahkan semua varian pesaing. Total XBB minggu lalu = 18 persen kasus. East Coast sekarang 75 persen XBB.1.5," kata Topol dalam cicitannya di Twitter.

Kini, untuk pertama kalinya varian XBB.1.5 telah didaftarkan oleh Sanger Institute, sebuah pusat pengawasan Covid-19 di Inggris. Dilaporkan bahwa empat persen kasus Covid-19 dalam sepekan hingga 17 Desember disebabkan oleh XBB.1.5. Namun, itu belum terdaftar sebagai variant of concern Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA).

Baca Juga


Dalam pembaruan terakhir dari UKHSA, Dokter Meera Chand, mengatakan bahwa bukan hal yang aneh melihat varian baru SARS-CoV-2 muncul. Baik BQ.1 maupun XBB tidak ditetapkan sebagai variant of concern, namun UKHSA akan memantau situasi dengan cermat.

Karakteristik subvarian XBB. - (Republika)



"Vaksinasi tetap menjadi pertahanan terbaik melawan gelombang Covid-19 di masa depan, jadi penting bagi orang-orang untuk mengambil semua dosis yang memenuhi syarat sesegera mungkin," kata Chand.

Varian XBB.1.5 yang merupakan turunan dari omicron XBB pertama kali ditemukan di India pada tahun lalu. XBB telah terdeteksi di setidaknya 70 negara. Itu terbukti menjadi penyebab lonjakan infeksi di beberapa bagian Asia pada bulan Oktober, termasuk India dan Singapura.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler