UNHCR tak Bisa Pastikan Tujuan Negara Akhir Pengungsi Rohingya di Aceh
Para pengungsi Rohingya ini datang tidak dengan dokumen resmi dan lengkap.
REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) Perwakilan Indonesia belum dapat memastikan tujuan akhir para pengungsi Rohingya yang terdampar di Aceh karena mereka datang tidak dengan dokumen resmi dan lengkap.
"Sangat sulit menentukan tujuan akhir mereka karena datang ke sini dengan kapal tidak seperti orang-orang yang datang dengan pesawat, ada paspor, ada dokumen lengkap," kata Kepala UNHCR Indonesia Ann Maymann, di Banda Aceh, Rabu (4/1/2023).
Itu disampaikan Ann Maymann dalam rapat kerja Komisi I DPR Aceh terkait investigasi kedatangan pengungsi Rohingya ke Aceh, di Banda Aceh. Maymann mengatakan, banyak pengungsi Rohingya tersebut memiliki keluarga di Malaysia. Karena itu mereka pergi untuk menemukan keamanan lebih baik dan berkumpul dengan keluarganya. Namun, tidak semua mereka ingin ke Malaysia, melainkan ada tujuan negara lain seperti ke Sri Lanka dan lainnya.
"Jadi tujuan mereka tidak bisa ditentukan, ada beberapa pergi ke Sri Lanka, tujuan utama dari mereka adalah mencari tempat yang lebih aman," ujarnya.
Maymann menyampaikan, berdasarkan informasi yang diterima, pada 2020 ada sebanyak 15 kapal yang meninggalkan Bangladesh tempat mereka mengungsi. Namun, hanya dua diantaranya yang datang ke Indonesia, selebihnya tidak diketahui.
"Kita ingin memberikan informasi ada 15 boat yang meninggalkan Bangladesh 2020, ada dua yang datang ke Indonesia. Sekitar 13 lagi tidak sampai ke Indonesia," katanya.
Dia menyampaikan, saat ini tidak ada perjanjian atau kerja sama antara Bangladesh dan Indonesia untuk memulangkan pengungsi yang datang dari Bangladesh ke tanah air. Namun, sangat tidak adil jika Bangladesh sebagai salah satu negara termiskin, tetapi memiliki jumlah pengungsi terbanyak dibandingkan negara lainnya di kawasan.
"Seharusnya berbagi tanggung jawab juga untuk pengungsi oleh negara di kawasan seperti Thailand, Malaysia dan Indonesia," katanya.
Maymann menambahkan, para pengungsi Rohingya tersebut meninggalkan Myanmar karena adanya persekusi dan tidak diakui kewarganegaraan mereka di sana. "Jadi mereka grup paling rentan dan mereka mencari tempat untuk menetap. Karena itu perlu adanya perdamaian di Myanmar sehingga kita bisa memberhentikan pergerakan pengungsi," tutur Maymann.