Tengok Karim Younis, Israel Cabut Izin Masuk 3 Pejabat Palestina

Karim Younis, warga Palestina yang bebas setelah menjalani hukuman 40 tahun penjara

REUTERS/Ammar Awad
Tahanan Palestina terlama di penjara Israel, Karim Younis, disambut di desanya di Ara, Israel setelah dibebaskan pada 5 Januari 2023. Dia mendekam di penjara Israel selama 40 tahun.
Rep: Kamran Dikarma Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Israel telah mencabut izin masuk tiga pejabat senior Palestina dari Partai Fatah. Hal itu dilakukan setelah ketiganya mengunjungi Karim Younis, seorang warga Palestina yang baru saja bebas setelah menjalani hukuman 40 tahun penjara akibat membunuh tentara Israel.

Tiga pejabat Palestina yang dicabut izin masuknya oleh Israel adalah Mahmud al-Alul, Azzam al-Ahmad, dan Rawhi Fattouh. Ketiganya berkunjung ke Desa Ara di Israel utara untuk bertemu Karim Younis yang bebas pada Kamis (5/1/2023) lalu.

“Ketiga pria itu memanfaatkan status mereka dan memasuki Israel pagi ini (Sabtu) untuk melakukan perjalanan ke rumah teroris Karim Younis,” kata Kementerian Pertahanan Israel dalam sebuah pernyataan, Sabtu (7/1/2022), dikutip Aljazirah.

Bebasnya Karim Younis (64 tahun) dari penjara disambut ratusan pendukungnya warga Arab-Israel di Desa Ara. Dalam sambutannya mereka menyanyikan lagu kebangsaan Palestina. Seorang warga memanggul Younis di pundaknya kemudian mengaraknya. Younis mengaku tak menyesal harus menjalani hukuman penjara selama 40 tahun karena membunuh seorang tentara Israel.

“Kisah setiap tahanan adalah kisah seluruh bangsa, dan saya bangga menjadi salah satu yang berkorban untuk Palestina,” kata Younis.  

Younis diidentifikasi sebagai tahanan Palestina terlama. Dalam kasus pembunuhan tentara Israel yang dilakukannya, sepupu Younis, Maher Younis, turut terlibat. Maher dilaporkan akan bebas dalam beberapa pekan mendatang. Menteri Dalam Negeri Israel Aryeh Deri telah menulis surat kepada jaksa negara untuk memperoleh pendapat hukum tentang kemungkinan pencabutan status kewarganegaraan Younis dan sepupunya.

“Mencabut kewarganegaraan mereka akan menjadi pesan penting bagi mereka yang telah menjadi simbol aksi teroris mereka,” ujar Deri.

Baca Juga


BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler