Rusia Klaim Serangan Mematikan, Ukraina Membantah Adanya Korban Jiwa

Menurut Rusia, serangan tersebut menewaskan 600 orang tentara Ukraina.

REUTERS/Stringer
Prajurit Ukraina menyiapkan peluru untuk howitzer 2A65 Msta-B sebelum menembak ke arah pasukan Rusia, di tengah serangan Rusia terhadap Ukraina, di garis depan di wilayah Zaporizhzhia, Ukraina, Kamis (5/1/2023).
Rep: Lintar Satria Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Militer Rusia mengeklaim, menggelar serangan rudal mematikan ke barak yang digunakan pasukan Ukraina. Serangan tersebut sebagai aksi balasan terhadap serangan roket Ukraina yang menewaskan puluhan tentara Rusia pekan lalu.

Baca Juga


Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan, rudal mereka berhasil menghantam dua pangkalan sementara yang menampung 1.300 pasukan Ukraina di Kramatorsk, sebelah timur Donetsk. Menurut Rusia, serangan tersebut menewaskan 600 orang tentara Ukraina. 

Juru bicara Kementerian Igor Konashenkov mengatakan, serangan itu sebagai balasan atas serangan Ukraina ke Makiivka yang menewaskan 89 tentara Rusia. 

Namun, pemerintah Ukraina membantah adanya korban jiwa. Juru bicara pasukan Ukraina di timur, Serhii Chercevatyi mengatakan, serangan Rusia di Kramatorsk hanya merusak gedung sipil. 

"Tidak berdampak pada angkatan bersenjata Ukraina," katanya, Ahad (9/1/2023).

Wali Kota Kramatorsk Oleksandr Honcharenko mengatakan, dua gedung sekolah dan delapan apartemen ditembak semalam. Foto-foto yang ia unggah tidak menunjukkan skala serangan yang diklaim Rusia atau ada orang di dalam ketika gedung-gedung itu ditembak.  

"Akhir-akhir ini dunia kembali melihat kebohongan Rusia, bahkan ketika menarik perhatian pada situasi di garis depan dengan pernyataannya sendiri," kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dalam pidato malamnya.

"Rusia menembaki Kherson dengan amunisi pembakar tepat setelah Natal. Tembakan ke Kramatorsk dan kota-kota lainnya di Donbas diarahkan ke lokasi-lokasi sipil dan tepat ketika Moskow seharusnya melaporkan 'keheningan' tentaranya," kata Zelenskyy.

Rusia mendeklarasikan gencatan senjata selama 36 jam untuk memperingati hari Natal Gereja Ortodoks. Ukraina mengecam gencatan senjata itu sebagai tipuan.

Russia mengatakan, selain sebagai balasan atas serangan Ukraina ke Makiivka. Serangan rudal terbaru Moskow juga sebagai balasan atas serangan ke Donetsk, tempat pasukan Rusia berkumpul pada 1 Januari. Serangan itu menjadi serangan paling mematikan Ukraina sejak invasi dimulai 10 bulan yang lalu.

Militer Ukraina juga mengeklaim, telah menghantam sebuah gedung di universitas kedokteran di Rubizhne, kota yang diduduki Rusia di Luhansk timur. Serangan itu menewaskan 14 tentara Rusia yang tinggal di dalamnya. Sementara jumlah korban terluka belum diketahui.

Gubernur Donetsk Pavlo Kyrylenko mengatakan, satu orang tewas dalam sebuah serangan di Bakhmut dan delapan lainnya terluka. Zelenskyy mengatakan, pertempuran di Bakhmut dan kota di dekatnya Soledar masih yang menjadi yang paling mematikan di garis depan.

Gubernur Kharkiv Oleh Syniehubov mengatakan, satu orang tewas dalam dalam serangan di Kota Merefa semalam. Dua pemukiman lainnya di wilayah itu juga dibombardir.

Juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia Igor Konashenkov dan kepala kantor kepresidenan Ukraina mengungkapkan, pada Ahad kemarin Rusia dan Ukraina melakukan tukar tahanan. Masing-masing memberikan 50 orang tahanan. 

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler