Pankreas Buatan Tampak Menjanjikan Bagi Diabetes Tipe 2, Tapi ...

Peneliti kembangkan pankreas buatan untuk pengidap diabetes tipe 2.

Prayogi/Republika.
Pemeriksaan gula darah. Peneliti menemukan pankreas artifisial tampak dapat membantu pengidap diabetes tipe 2.
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Teknologi pankreas buatan telah cukup lama dimanfaatkan dalam terapi diabetes tipe 1. Kini, peneliti mengembangkan teknologi serupa untuk membantu para pengidap diabetes tipe 2.

Mengacu pada National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (NIDDK), pankreas artifisial adalah sebuah sistem yang mampu meniru kinerja pankreas sehat dalam melepaskan insulin secara otomatis di dalam tubuh agar kadar gula darah terkontrol.

Baca Juga


Pankreas buatan terdiri atas tiga komponen atau perangkat. Komponen yang pertama adalah alat pemantau gula darah yang bekerja setiap beberapa menit, menggunakan sensor yang dimasukkan ke bawah kulit.

Komponen kedua adalah pompa infus insulin yang akan memasukkan insulin dosis rendah ke dalam tubuh saat diperlukan. Komponen yang ketiga adalah program yang mampu mengalkulasikan besaran insulin yang dibutuhkan oleh tubuh.

Setelah membuat perhitungan, program ini akan mengirimkan sinyal ke alat pompa infus insulin bila insulin dibutuhkan oleh tubuh. Sejauh ini, pankreas artifisial umumnya digunakan untuk membantu pasien dengan diabetes tipe 1.

Pada diabetes tipe 1, pankreas tidak mampu memproduksi insulin. Alhasil, penderita harus menjaga kadar gula darah mereka dengan menggunakan insulin, baik lewat suntikan atau melalui pompa infus insulin di pankreas artifisial.

Kini, sekelompok peneliti mengembangkan pankreas artifisial dengan sistem closed loop untuk pasien diabetes tipe 2. Hal ini dinilai dapat membantu karena sekitar 20-30 persen pasien diabetes tipe 2 juga membutuhkan terapi insulin untuk mengelola kadar gula darah mereka.

"(Berdasarkan studi) mengirimkan insulin dengan sistem closed loop jauh lebih efektif dibandingkan injeksi insulin dalam hal mencapai target gula darah," jelas peneliti dan dosen klinis di University of Cambridge, Dr Charlotte Boughton, seperti dilansir WebMD, Senin (16/1/2023).

Polifagia, gejala awal diabetes. - (Republika)



Pankreas artifisial yang dikembangkan oleh Dr Boughton dan tim ini dibuat dengan menggunakan perangkat over the counter, seperti alat pemantau gula darah dan pompa insulin. Pankreas buatan ini juga ditunjang dengan aplikasi bernama CamAPS HX.

Perangkat lunak ini berfungsi untuk memprediksi seberapa banyak insulin yang dibutuhkan oleh tubuh agar kadar gula darah tetap dalam kisaran target. Perangkat yang dipasangkan ke badan pasien diabetes tipe 2 adalah sensor gula darah dan pompa insulin. Agar sistemnya bekerja, pasien hanya perlu menggunakan ponsel pintar mereka untuk mengoperasikan aplikasi CamAPS HX.

"Sistem closed loop yang otomatis sepenuhnya ini aman serta jauh lebih efektif bagi pengidap diabetes tipe 2 untuk mengelola kadar gula darah mereka dibandingkan dengan terapi insulin standar saat ini," kata Dr Boughton.

Dalam studi, Dr Boughton dan tim melibatkan 26 orang partisipan dengan diabetes tipe 2. Mereka lalu dibagi ke dalam dua kelompok.

Partisipan dalam kelompok pertama diminta untuk menggunakan pankreas artifisial selama delapan pekan. Setelahnya, mereka diminta untuk kembali menggunakan terapi injeksi insulin yang harus disuntikkan ke tubuh selama beberapa kali per hari. Kelompok kedua juga diminta melakukan hal serupa namun dengan urutan yang berlawanan.

Hasil studi menunjukkan bahwa kontrol gula darah para partisipan tampak lebih baik ketika menggunakan pankreas artifisial. Ketika menggunakan pankreas artifisial, para partisipan berhasil menjaga kadar gula darah sesuai target selama 66,7 persen dari seluruh waktu mereka.

Sementara itu, ketika menggunakan terapi injeksi insulin, kadar gula darah mereka hanya sesuai target selama 33,33 persen dari seluruh waktu mereka. Tak ada satupun dari para partisipan yang mengalami hipoglikemia atau kadar gula darah rendah yang berbahaya selama menggunakan pankreas artifisial.

Sebaliknya, sembilan dari 10 partisipan justru merasa terbantu karena mereka tak harus menghabiskan banyak waktu untuk mengukur kadar gula darah dan menyuntikkan insulin ke tubuh mereka. Dari segi harga, pankreas artifisial memiliki biaya yang lebih tinggi dibandingkan injeksi insulin dan alat tes gula darah standar.

Namun, bila pankreas artifisial bisa mengontrol gula darah lebih baik dan menghindarkan pasien dari risiko komplikasi berat akibat diabetes, maka harga yang lebih tinggi tersebut dinilai sepadan dengan manfaatnya. Dr Boughton menyebut dibutuhkan studi berskala lebih besar dengan pemantauan yang lebih panjang untuk menginvestigasi (pankreas artifisial untuk diabetes tipe 2) lebih lanjut.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler