Perubahan Iklim Dorong Angka Infeksi Malaria

Masyarakat tidak mampu menjadi rentan terkena penyakit.

Centers for Disease Control and Prevention
Nyamuk Malaria. Direktur eksekutif lembaga amal kesehatan terbesar di dunia, The Global Fund to Fight AIDS, Tuberculosis and Malaria, Peter Sands mengatakan perubahan iklim meningkatkan malaria.
Rep: Lintar Satria Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, DAVOS -- Direktur eksekutif lembaga amal kesehatan terbesar di dunia, The Global Fund to Fight AIDS, Tuberculosis and Malaria,  Peter Sands mengatakan perubahan iklim meningkatkan malaria. Ia menjelaskan infeksi malaria melonjak usai banjir Pakistan dan badai silikon di Mozambik tahun 2021.

Baca Juga


"Di mana pun terjadi peristiwa cuaca ekstrem cukup umum terjadinya lonjakan malaria," kata Sands dalam pertemuan tahunan World Economic Forum (WEF) di Davos, Swiss, Senin (16/1/2023).

Semakin banyak peristiwa cuaca ekstrem bertambah pula genangan air yang menarik nyamuk. Masyarakat tidak mampu menjadi rentan terkena penyakit.

Ia mengatakan perubahan iklim juga mengubah geografi nyamuk. Sands mengatakan dataran tinggi Afrika di Kenya dan Ethiopia kini dilanda malaria karena perubahan suhu dari dingin ke hangat.

Sands mengelola lembaga amal kesehatan terbesar di dunia yang berinvestasi dalam memerangi tuberkulosis, malaria, dan HIV/AIDS di negara-negara termiskin di dunia.

Lembaga itu menetapkan target untuk dapat mengumpulkan 18 miliar dolar. Sejauh ini baru berhasil menggalang 15,7 miliar dolar AS, uang terbanyak yang pernah digalang lembaga kesehatan.

Ia mengatakan kekurangannya, satu miliar dolar terpukul fluktuasi mata uang yang berdampak pada donasi. Sands mengatakan ke depannya, perubahan iklim hanya salah satu faktor yang menghalangi upaya menghilangkan penykit.

Perang di Ukraina memburuk wabah AIDS dan tuberkulosis. Angka tuberkulosis di masyarakat paling miskin di negara pendapatan menengah seperti India, Pakistan dan Indonesia juga naik.

Sands mengatakan di tengah ketakutan resesi global, tekanan pada negara-negara itu akan meningkat. "Saya pikir kekhawatiran terbesar dari perspektif kami adalah apa yang terjadi pada anggaran kesehatan di 120 atau lebih negara yang kami investasikan," katanya.

"Dan bahkan dengan anggaran kesehatan itu, berapa yang diambil oleh Covid?"

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler