Perbankan Syariah Berdaya Tahan pada 2023
Non Performing Financing (NPF) perbankan syariah 2,68 persen per Agustus 2022.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama Bank Syariah Indonesia, Hery Gunardi meyakini saat ini industri perbankan masih memiliki daya tahan yang baik. Termasuk juga industri perbankan syariah di tengah kondisi ketidakpastian ekonomi.
"Kami coba melihat di industri perbankan syariah itu inline dengan yang terjadi industri perbankan secara umum," kata Hery dalam dalam Webinar OJK Institute Tren perbankan Tahun 2023, Selasa (17/1/2023).
Dia menjelaskan hal tersebut terlihat dari indikator atau rasio di industri perbankan yang masih sangat bagus. Mulai dari Capital Adequacy Ratio (CAR) atau rasio kecukupan modal yang menurut Hery untuk perbankan syariah atau secara nasional masih sangat kuat di atas 23 sampai 25 persen.
"Ini menunjukan daya tahan perbankan juga bagus," ucap Hery.
Lalu dari sisi Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR), Hery menilai juga cukup bagus di atas 81 persen. Kondisi tersebut menurutnya cukup baik untuk perbankan syariah, nasional, dan konvensional.
Dia menambahkan, Return On Asset (ROA) perbankan juga masih berada di sekitar 1,95 persen sampai 2,5 persen. "Ini kami lihat masih menunjukkan pertumbuhan yang signifikan," tutur Hery.
Dari sisi kualitas pembiayaan, Non Performing Financing (NPF) di perbankan syariah juga cukup tajam penurunannya dibandingkan 2021. Hery menyebut, pada Agustus 2022 secara industri, NPL untuk perbankan konvensional masih 3,01 persen, perbankan nasional sekitar 2,9 persen, dan untuk perbankan syariah 2,68 persen.
"Efisiensi juga dari segi BOPO dan biaya operasional kita melihat berkisar 76 sampai 77 persen," ungkap Hery.