Waspadai Jebakan Paylater
Salah satu fitur yang dikembangkan yakni metode baru pembayaran yang disebut dengan paylater atau bayar nanti.
Waspadai Jebakan Paylater
Oleh: Dhevy Hakim
Kecanggihan teknologi yang berkembang pesat terus menerus membawa kemudahan. Saat ini tidak hanya kemudahan dalam melakukan transaksi jual beli melalui sejumlah aplikasi, tapi juga kemudahan dalam hal pembayaran.
Salah satu fitur yang dikembangkan yakni metode baru pembayaran yang disebut dengan paylater atau bayar nanti. Dengan layanan fitur ini, konsumen mampu membeli meskipun tidak memiliki uang.
Namun, benarkah layanan fitur paylater ini memberikan kemudahan? Ataukah justru jebakan?
Pahami Dulu!
Sebelum memutuskan mengikuti tren pembayaran metode baru paylater maka sepatutnya harus memahami dulu apa itu layanan paylater. Sehingga dengan memahami seluk-beluk skema pembayaran paylater kita akan mengetahui bahwa layanan fitur itu mempermudah ataukah justru menjebak kita dalam pusaran jeratan utang.
Relawan Edukasi Anti Hoaks Indonesia (Redaxi) Irmawati Puan Mawar menjelaskan, skema PayLater mirip dengan kartu kredit yang memberikan batas berbelanja. Namun, skema ini memberikan jaminan yang lebih rendah dari kartu kredit sehingga mampu menarik minat konsumen. Selain itu, kelebihan yang ditawarkan PayLater adalah kemudahan transaksi, cepat, dan efisien. (digitaldonat.republika.co.id, 15/11/2022)
Dari penjelasan ibu Irmawati, jelaslah skema paylater berbasis utang ribawi. Sekalipun dikatakan jaminannya lebih rendah daripada kartu kredit tetap saja menjadi utang yang berbunga atau berlipat-lipat. Bisa dibayangkan ambil contoh saja ambil paylater untuk beli hape baru, bisa dihitung berapa besarnya uang yang harus dibayar jika pada saat jatuh tempo tidak bisa membayar tagihan.
Berdasarkan riset KataData Insight Center, dari 5.204 responden yang di survei, sebanyak 16,5 persen adalah gen Y atau milenial yang banyak menggunakan fitur PayLater. Sementara dari gen Z jumlahnya berkisar di angka 9,7 persen.
Jelaslah gen Y dan gen Z menjadi sasaran yang paling empuk bagi pemilik fitur paylater ini. Tidak dipungkiri para kapitalis memang pandai menangkap peluang. Apalagi diusia mereka masih suka coba-coba dan bersenang-senang. Dengan kemudahan sistem pembayaran paylater seolah-olah memberikan kemudahan padahal hanyalah jebakan.
Oleh karenanya generasi muda tidak boleh tergiur dengan tawaran ‘beli sekarang bayarnya nanti’. Sikap sabar dan bersyukur semestinya dimiliki oleh mereka. Sabar jika belum ada uang untuk membeli barang yang diinginkan, beli barang yang dibutuhkan bukan sekadar mengikuti gaya saja, dan bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan.
Back to Islam
Munculnya paylater seolah menegaskan sedikit demi sedikit generasi muda kaum muslimin dijauhkan secara kaffah dari Islam. Berjalannya sekulerisasi tidak akan berjalan dengan mulus jika tidak didukung dengan sarana yang menarik bagi mereka.
Suguhan di berbagai sosial media yang menampilkan gaya hidup konsumtif maupun hedonis jelaslah unsur yang disengaja untuk menyeret generasi muda untuk mencontoh bahkan mengadopsi gaya hidup tersebut hingga memfasilitasi cara pembayaran ketika menginginkan barang untuk memenuhi gaya hidupnya.
Apalagi negara ikut andil memfasilitasi jeratan haram dengan berbagai dalih, seperti terdaftar di OJK, bunga rendah, tanpa syarat adanya penghasilan dan lainnya, sehingga dianggap sebagai hal biasa bahkan sangat memudahkan. Padahal nyatanya layanan paylater justru jeratan menggurita yang membahayakan masa depan generasi muda.
Hal ini tidak akan terjadi dalam Islam. Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Secanggih apapun sistem pembayaran yang dibuat maka di dalam Islam tidak boleh ada yang namanya riba.
Di sisi lain sistem Islam yang dibangun atas dasar keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT akan mensuasanakan baik individunya, masyarakatnya maupun negara untuk berlomba-lomba dalam kebaikan, membawa manfaat sebanyak-banyaknya. Sehingga tujuan tertinggi adalah keridhoan Allah bukan meraih kesenangan dunia maupun kekayaan semata. Dengan konsep ini insyaallah generasi muda akan jauh dari yang namanya budaya hedonisme maupun konsumtif.
Negara dalam sistem Islam juga akan memberikan jaminan dalam kebutuhan pokok asasi seperti sandang, pangan dan papan. Termasuk berkewajiban memenuhi hak publik rakyat dalam masalah pendidikan dan kesehatan.
Dengan demikian kehidupan para pemuda akan terjamin, bahkan mampu menjadi generasi emas pengukir peradaban yang gemilang. So, saatnya back to Islam guys!
Wallahu a’lam.