Rekomendasi tak Berubah Meski Vaksin Covid-19 Bivalen Dikaitkan dengan Strok Iskemik

Ada sinyal peningkatan kasus strok iskemik pada lansia penerima vaksin Covid bivalen.

AP/Achmad Ibrahim
Botol vaksin Covid-19 Pfizer. Vaksin Covid-19 bivalen buatan Pfizer terdata menimbulkan peningkatan kasus strok iskemik pada kelompok lansia. Meski begitu, data tersebut dianggap tidak merepresentasikan risiko klinis sebenarnya.
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Data dari Vaccine Safety Datalink (VSD) memunculkan "sinyal" adanya peningkatan kasus strok iskemik pada kelompok lansia yang menerima vaksin Covid-19 bivalen dari Pfizer-BioNTech. Sinyal serupa tak ditemukan pada vaksin-vaksin Covid-19 lain, termasuk vaksin Covid-19 bivalen dari Moderna.

Temuan ini diumumkan oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC) serta Food and Drug Administration (FDA). CDC dan FDA mengungkapkan bahwa sistem pemantauan VSD menemukan adanya kasus iskemik yang lebih tinggi dari perkiraan pada lansia berusia 65 tahun ke atas dalam waktu 21 hari setelah menerima vaksin Covid-19 bivalen Pfizer-BioNTech, bila dibandingkan pada hari ke-22 hingga ke-44.

Berdasarkan data yang diperoleh CNN dari seorang pejabat CDC, ada sekitar 550 ribu lansia yang mendapatkan vaksin Covid-19 bivalen sebagai booster yang dipantau oleh VSD. Di antara para lansia tersebut, terdapat 130 lansia yang mengalami strok dalam kurun waktu tiga pekan setelah divaksinasi. Tak ada satu pun lansia yang mengalami kematian.

Strok iskemik merupakan serangan strok yang terjadi akibat adanya gumpalan darah yang menyumbat pembuluh darah otak. Serangan strok ini merupakan kondisi kedaruratan medis karena penyumbatan yang terjadi bisa membuat jaringan otak yang terdampak menjadi mati.

CDC dan FDA menyatakan bahwa "sinyal" dari data-data VSD ini tak merepresentasikan risiko klinis yang sebenarnya. Bisa saja, peningkatan kejadian strok iskemik pada lansia dalam kurun waktu 21 hari pertama sejak divaksinasi merupakan sebuah kebetulan.

Di sisi lain, CDC dan FDA tak bisa mengabaikan sinyal peringatan dari VSD. CDC dan FDA perlu melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengonfirmasi temuan ini.

"Meski totalitas data saat ini menunjukkan bahwa sangat tidak mungkin sinyal dalam VSD merepresentasikan risiko klinis sebenarnya, kami percaya bahwa penting bagi kami untuk membagikan informasi ini kepada publik," jelas CDC dan FDA.

Baca Juga


Sebagai tambahan, Pfizer-BioNTech tak menemukan adanya peluang strok yang lebih tinggi dengan vaksin Covid-19 bivalen mereka. Selain itu, Veterans Administration, Vaccine Adverse Event Reporting System (VAERS) yang dikelola CDC dan FDA, serta agensi lain juga tak menemukan hal serupa, baik di Amerika Serikat maupun di dunia.

"Belum ada bukti yang bisa menyimpulkan bahwa strok iskemik berkaitan dengan penggunaan vaksin Covid-19 dari perusahaan (Pfizer-BioNTech)," ujar pihak Pfizer-BioNTech dalam pernyataan gabungan mereka.

Oleh karena itu, sinyal dari VSD ini tak perlu ditanggapi dengan kepanikan. Temuan ini juga tak cukup kuat untuk mengubah rekomendasi terkait pemberian vaksin pada lansia.

CDC tetap mengimbau semua orang, termasuk lansia berusia 65 tahun ke atas, untuk mendapatkan vaksin Covid-19 dan memperbarui status vaksinasi mereka. Salah satunya adalah memperbarui status vaksinasi dengan mendapatkan booster dari vaksin Covid-19 bivalen.

Berbeda dengan vaksin Covid-19 biasa, vaksin Covid-19 bivalen mampu memberikan perlindungan terhadap dua strain virus penyebab Covid-19. Kedua strain tersebut adalah galur orisinal dan subvarian omicron.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler